Pesantren Resistance to Modern Education System and It’s Implication to Culture of Learning: a Study on Pesantren Al-Is’af Kalabaan, Gulukguluk, Sumenep, Jawa Timur

Muchlis Solichin, Mohammad (2019) Pesantren Resistance to Modern Education System and It’s Implication to Culture of Learning: a Study on Pesantren Al-Is’af Kalabaan, Gulukguluk, Sumenep, Jawa Timur. ADDIN, 13 (1). pp. 85-108.

[img]
Preview
Text
12.pdf

Download (354kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Pesantren Resistance-review.pdf

Download (107kB) | Preview

Abstract

Abstract Pesantren (Islamic boarding school) grew as traditional Islamic education institutions since the beginning of Islam arrival to Indonesia. The kiai in the traditional pesantren educated the student set of classical Islamic text books those organized by the method sorogan and bandongan. In the early 20th century, pesantrens have got challenge with school education system that introduced by Dutch Colonial Government in the first 1900s. The challenge to pesantren also came from Muslim Reformist which also performed modern educational system in their schools and madrasah. Facing the challenge, most of pesantren modernized their educational system by performing schools and madrasah affiliated to the Indonesian government. There were only a few pesantrens those rejected the of modern educational system. Pesantren al-Is’af rejected the school education system and had ben keeping the sustainability of traditional education of Islamic knowledge teaching learning. The rejection brought about the effort of the pesantren in sthrengtening teaching learning classical Islamic textbook (kitab kuning) with sorogan and bandongan methods. Some of the text books had taugt the rule of santri learning. There were many rules, norms and belief that resulted the culture of learning in Pesantren. Keywords: Rejection, Islamic Boarding School, The Modernization of Education, Culture of Learning. Abstrak PERLAWANAN PESANTREN TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN MODERN DAN IMPLIKASINYA PADA BUDAYA BELAJAR: STUDI DI PONDOK PESANTREN AL-IS’AF KALABAAN, GULUK-GULUK, SUMENEP, JAWA TIMUR. Pesantren tumbuh sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional sejak awal kedatangan Islam ke Indonesia. Kiai di pesantren tradisional mendidik siswa menggunakan buku teks Islam klasik yang diselenggarakan dengan metode sorogan dan bandongan. Pada awal abad ke-20, pesantren mendapat tantangan dengan sistem pendidikan sekolah yang diperkenalkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1900-an. Tantangan bagi pesantren juga datang dari Muslim reformis yang juga menjalankan sistem pendidikan modern di sekolah dan madrasah mereka. Menghadapi tantangan tersebut, sebagian besar pesantren memodernisasi sistem pendidikan mereka dengan menyelenggarakan sekolah dan madrasah yang berafiliasi dengan pemerintah Indonesia. Hanya ada beberapa pesantren yang menolak sistem pendidikan modern. Pesantren Al-Is’af menolak sistem pendidikan sekolah dan telah mempertahankan keberlanjutan pendidikan tradisional dalam pembelajaran dan pengajaran pengetahuan Islam. Penolakan itu memunculkan upaya pesantren dalam memperkuat pengajaran buku teks Islam klasik (kitab kuning) dengan metode sorogan dan bandongan. Beberapa buku teks telah mengajarkan aturan pembelajaran santri. Ada banyak aturan, norma, dan kepercayaan yang menghasilkan budaya belajar di pesantren. Kata Kunci: Penolakan, Pondok Pesantren, Modernisasi Pendidikan, Budaya Belajar.

Item Type: Article
Subjects: ?? m52A ??
?? m_052 ??
Divisions: Penelitian > Pegawai dan Dosen
Depositing User: Administrator Khazanah
Date Deposited: 30 Jun 2020 04:58
Last Modified: 13 Sep 2021 07:17
URI: http://repository.iainmadura.ac.id/id/eprint/235

Actions (login required)

View Item View Item