Abdullah, A.Fatikhul Amin (2019) Sejarah: Apa, Bagaimana, dan Kenapa? (Perspektif Masa Kini). IAIN Madura Press, Pamekasan. ISBN 978-623-92464-0-2
|
Text
Buku Pengantar Sejarah siap cetak revisi ok (1).pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Hasil turnitin-pengantar sejarah.pdf Download (24MB) | Preview |
Abstract
Pernyataan yang disampaikan oleh Edward Gibbon tersebut dapat dilanjutkan dengan pemikiran Plato “The life which isi unexamined is not worth living” yang menganggap bahwa “kehidupan yang tidak teruji dan tanpa masalah bukanlah sebuah kehidupan yang layak untuk dijalani”. Berdasarkan pemikiran tersebut Plato menegaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia menjalankan kehidupannya dengan semi otomatis seperti bangun di pagi hari, beraktifitas dan kemudian tidur, adalah kenyamanan dalam hidup sampai mati. Namun menurut Plato itu adalah tidak ubahnya hidup seperti binatang, bukan sebagai manusia dimana kesadaran diri sebagai manusia diperlukan. Hal ini sama halnya dengan sejarah. Ketika sejarawan mempelajari subjek dan menuliskan apa yang menjadi subjek kajian tersebut, terkadang tanpa mempertanyakan untuk apa kita menuliskan masalah tersebut dan mengapa harus menuliskannya. Di sinilah sejarah dibuat dan ditulis oleh sejarawan dengan berbagai tujuan dan latar belakang. Inilah tantangan bagi sejarawan untuk menghadapi pemikiran philosofis. Pemikiran-pemikiran philosofis ini di satu sisi mungkin akan menganggu keseimbangan professional dengan bias subyektifitas yang cukup tinggi namun di sisi lain tulisan sejarah yang dihasilkan akan membuka pemahaman kita tentang apa yang telah kita kaji dalam sejarah dan mengapa kita mengkaji hal tersebut.1 Hal ini menyangkut cara untuk melihat subjek yang dikaji, maksud dan tujuan, bahkan validitas dari klaim-klaim yang mungkin pernah dilakukan sebelumnya dalam sebuah kajian sejarah. Dari itu, pada gilirannya, akan terlihat manfaat praktis. Kerendahan hati hasil dari pengakuan keterbatasan sendiri dan membuka ruang untuk kontribusi dari orang lain yang mungkin sangat berbeda dari pandangan diri sendiri; sekaligus menghindari pernyataan dogmatis yang memiliki kecendrungan tertutupnya ruang dialog. Oleh sebab itu, pengetahuan sejarah, harus memiliki kemungkinan untuk tempat terjadi ruang dialog sehingga tidak terjadi klaim bahwa versi satu lebih benar dibanding versi yang lain. Pengetahuan sejarah diharapkan menjadi hipotesis tentatif yang dapat direvisi terus-menerus
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | ?? m_065 ?? |
Divisions: | Fakultas Tarbiyah > Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial |
Depositing User: | Administrator Khazanah |
Date Deposited: | 12 Apr 2022 01:29 |
Last Modified: | 29 Jan 2024 01:34 |
URI: | http://repository.iainmadura.ac.id/id/eprint/493 |
Actions (login required)
View Item |