Turnitin Originality Report
- Processed on: 28-Feb-2023 13:35 WIB
- ID: 2025081947
- Word Count: 3462
- Submitted: 1
public relation By Pak Thoha 8
- Internet Sources:
- 100%
- Publications:
- 20%
- Student Papers:
- 34%
This is a preview of the print version of your report. Please click "print" to continue or "done" to close this window.
3% match (Internet from 05-Apr-2021)
PUBLIC RELATION DAN PEMBANGUNAN CITRA AGAMIS (Studi Implementasi Manajemen Hubungan Masyarakat Sebagai Upaya Membangun Citra Religius di SMPN 1 Pamekasan) Mohammad Thoha dan Ika Nurul Jannah Prodi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Madura Email: thohasumberjati@gmail.com Abstrak Pendidikan merupakan investasi yang paling berharga untuk meningkatan kualitas sumber daya insani dalam membangun suatu bangsa. Kebesaran suatu bangsa diukur dari sejauh mana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan dua lingkungan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan bahkan saling mebutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Masyarakat mebutuhkan kases informasi terhadap apa yang dilakukan lembaga pendidikan. Di sini peran public relation (hubungan masyarakat) mutlak dibutuhkan. Citra lembaga pendidikan tergantung dari keberhasilan pemeran public relation tersebut. Peran ini dimainkan dengan baik oleh public relation SMPN 1 Pamekasan. Nilai-nilai agamis yang disepakati sebagai budaya sekolah, dikomunikasikan pada segenap stakeholders melalui implementasi manajemen hubungan masyarakat yang efektif, sehingga melahirkan citra religius. Artikel ini akan memotret pelaksanaan manajmene kehumasan dalam menumbuhkan citra religius di SMP Negeri 1 Pamekesan, Dengan pendekatan fenomenologis, data kualitastif dalam artikel ini akan diuraikan secara diskriptif untuk kemudian didialogkan dengan teori manajemen humas yang ada sebelumnya. Kata Kunci: manajemen humas, citra religius Abstract Education is the most valuable investment to improve the quality of human resources in building a nation. The greatness of a nation is measured by the extent to which its people are educated. Educational institutions and society are two different but inseparable environments that even need each other in their growth and development. The community needs information about what educational institutions are doing. here the role of public relations is absolutely needed. The image of the educational institution depends on the success of the public relations actor. This role was well played by SMPN 1 Pamekasan public relations. Religious values agreed upon as a school culture are communicated to all stakeholders through the implementation of effective community relations management, thus giving birth to a religious image. This article will portray the implementation of public relations management in fostering a religious image in SMPN 1 Pamekasan. With a phenomenological approach, the qualitative data in this article will be described descriptively to be dialogue with previous public relations management theories. Keywords: management of relationship, relegious imagesPENDAHULUAN Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk membangun suatu bangsa. Seringkali kebesaran suatu bangsa diukur dari sejauh mana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut.1 Dalam bahasa yang dinamis dikatakan bahwa lembaga pendidikan dan masyarakat bukan hanya menjalin hubungan, tetapi lebih kepada komunikasi, dan keluasan makna ini akan berdampak terhadap keharmonisan hubungan sekolah dengan masyarakat sehingga pada gilirannya dapat tercipta jika masing-masing elemen yang menjadi pelengkap hubungan tersebut dapat terpelihara serta masing- masing memberikan dukungan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain hubungan sekolah dengan masyarakat akan membuahkan hasil berupa kerjasama, dan kerjasama tersebut dapat terlaksana dengan baik jika terjadi komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan keduanya.2 Lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan dua jenis lingkungan yang berbeda namun keduanya tidak dapat dipisahkan bahkan saling mebutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, dengan demikian maka sekolah tidak bisa menjadi lembaga yang ekslusif dan mimisahkan diri dari lingkungan masyarakatnya, dan semakin tinggi tingkat perhatian masyarakat terhadap lembaga pendidikan terkait maka akan semakin besar pula peluang sekolah untuk mempertahankan eksistensinya (citranya) demikian sebaliknya.3 Kegiatan hubungan dengan masyarakat atau sering disebut dengan Humas, pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang pasti dilakukan oleh setiap lembaga, baik lembaga kedinasan, lembaga swasta, lembaga sosial, maupun lembaga pendidikan. Kegiatan Humas di lembaga pendidikan meskipun tidak dianggap sebagai panglima, namun dalam realitanya untuk saat ini dianggap penting peranannya, terutama dalam membangun hubungan dan membangun citra yang positif atau religius lembaga. Hampir setiap lembaga pendidikan saat ini berkompetisi untuk menujukkan eksistensinya, dengan menampilkan berbagai kelebihan-kelebihan untuk meningktkan nilai tawar kepada masyarakat.4 Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat. Oleh karena itu citra lembaga penting dan harus dijaga agar tetap baik di mata publik, baik internal maupun eksternal. Kegiatan Humas di lembaga pendidikan meskipun tidak dianggap sebagai panglima, namun dalam realitanya untuk saat ini dianggap penting peranannya, terutama dalam membangun hubungan dan membangun citra yang positif atau religius lembaga. Mengingat pentingnya manajemen hubungan masyarakat di sekolah, serta informasi yang dibutuhkan masyarakat tentang sekolah yang berkualitas. Untuk 1 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikn Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 287. 2 Ibid, hlm. 277-278 3 Ibid, hlm. 283 4 Dedi Herdiana dan Khoiruddin, Peran dan Strategi Humas dalam Pembentukan Citra Perguruan Tinggi Islam, Jurnal Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah, volume. 15, No. 2 (Desember 2016), hlm. 318. itu peran Humas harus dimaksimalkan agar suatu sekolah mendapat opini yang baik serta citra yang baik dari masyarakat. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pamekasan termasuk lembaga pendidikan yang memperoleh citra positif dari masyarakat, khusunya dalam penciptaan budaya relegius. Oleh karena itu artikel singkat ini akan menjabarkan peran pengelolaan (manajemen) hubungan masyarakat dalam menmbuhkan citra agamis bagi lembaga tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologis. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut kemungkinan berasal dari transkripsi wawancara, catatan lapangan, foto, catatan atau memo.5Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif karena bertujuan untuk memberikan informasi, pemahaman serta gambaran mengenai isi dan kualitas isi yang terjadi sasaran atau objek penelitian. Istilah diskripsi adalah penelitian yang dimaksudkan untuk membuat deskripsi mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung. Data dikumpulkan dan dianalisis serta diabstraksikan, dan akan muncul sebuah teori-teori yang akan menunjukkan dari pada hasil penemuan penelitian kualitatif. Oleh karena itu penelitian ini berusaha mengkaji secara mendalam tentang penerapan manajemen Humas yang di dalamnya terkandung aktifitas religius (budaya religius). HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Manajemen Humas dalam Membangun Citra Religius di SMPN 1 Pamekasan Penerapan manajemen Humas dalam membangun citra yang baik di SMPN 1 Pamekasan menggunakan fungsi manajemen yang sering disebut dengan POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling), penerapan tersebut dengan beberapa tahapan sebagai berikut: Pertama Perencanaan Humas dalam membangun citra religius terhadap masyarakat. Proses perencanaan kegiatan Humas sekolah di SMPN 1 Pamekasan, semua pihak pengelola sekolah merencanakan program kerja atau kegiatan sekolah yang akan dilaksanakan. Sebelum merencanakan sebuah program kegiatan, sekolah telah mempunyai tujuan yang baik dan jelas. Semua program kegiatan sekolah salalu mempunyai tujuan yang berhubungan dengan semua aspek peningkatan. Dan segala perencanaan program kegiatan di sekolah berhubungan dengan Humas sekolah. Kegiatan Humas sekolah bertujuan untuk promosi sekolah dan peningkatan pencitraan sekolah baik dalam segi baik dalam peningkatan secara akademis maupun secara religius. Semua perencanaan kegiatan Humas direncanakan dengan memerhatikan anggaran dan faktor pendukung maupun 5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2010), hlm. 11. faktor penghambat kegiatan. Dengan adanya perencanaan yang baik dan rinci akan mempermudah dan mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan temuan penelitian di SMPN 1 Pamekasan menunjukkan bahwa perencanaan Humas melibatkan semua pengelola sekolah, kegiatan perencanaan Humas dilaksanakan melalui rapat program tahunan dan perencanaan Humas dalam kegiatan adalah mengagendakan semua pelaksanaan Humas, dan temuan yang terkhir adalah dalam program kehumasan terdapat beberapa program yang berkerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat. Jadi dapat ditarik kesimpulan dari perencanaan Humas ini adalah dalam melaksanakan kegiatan Humas tentunya harus ada perencanaan yang secara rinci untuk dapat melaksanakan Humas sesuai tujuan. Penerapan perencanaan Humas ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Abdul Rahmad, yaitu; perencanaan Humas disini merupakan upaya untuk menentukan program dan kegiatan yang ingin dilakukan dan bagaimana cara mencapai tujuan organisasi. Perencanaan Humas sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telh ditetapkan dalam manajemen Humas. Secara sederhana, perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus-menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan.6 Kedua Pengorganisasian Humas dalam membangun citra religius terhadap masyarakat. Pengorganisasian Humas di SMPN 1 Pamekasan adalah untuk membagi tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam melaksanakan program kerja Humas. Dalam pengorganisasian tersebut dibagi menjadi dua hal yang pertama adalah untuk merancang tanggung jawab dan kewenangan setiap jabatan individual, dan yang kedua adalah untuk menetapkan jabatan-jabatan tertentu dikelompokkan dalam bagian-bagian tertentu. Berdasarkan hasil temuan di SMPN 1 Pamekasan dalam pengorganisasian Humas disini yaitu; penentuan staf merupakan kegiatan yang dipusatkan pada manajemen sumber daya manusia, menarik pekerja yang prospektif; menyeleksi pekerja; dan menetapkan standart kinerja. Pengorganisasian Humas disini sejalan dengan yang dikemukaka oleh Suryosubroto yang menyatakan bahwa Humas hanya akan berfungsi bilamana tugas-tugas organisasi berjalan secara lancar dan efektif serta memiliki hubungan kerja ke dalam dan ke luar organisasi yang efektif pula. Situasi itu memungkinkan informasi atau pemberitaan yang keluar tidak akan berbeda dengan kenyataandalam jangka waktu yang relatif singkat.7 Ketiga Pelaksanaan Humas dalam membangun citra religius terhadap masyarakat. Pelaksanaan Humas di SMPN 1 Pamekasan ini dilakukan setelah perencanaan sudah dilaksanakan dan telah melibatkan semua pengelola sekolah seperti kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka Humas, waka kesiswaan serta pihak pembantu dan pendukung kegiatan sekolah. Dalam perencanaan kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan yang telah disetujui oleh kepala sekolah dan tersedianya anggaran yang telah direncanakan pada rapat tahunan program. Selanjutnya aja juga kegiatan Humas yang sesuia dengan tugas 6 Abdul Rahmad, Manajemen Humas Sekolah, (Yogyakarta: Media Ekonomi, 2016), hlm. 63. 7 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (jakarta: pt. Rineka cipta, 2004), hlm. 158- 159. jadi dilaksanakan setiap harinya secara operasional. Dan pelaksanaan kegiatan Humas juga akan melibatkan atau mengikutsertakan wali murid dan juga masyarakat dalam pelaksanaannya. Berdasarkan temuan penelitian di SMPN 1 Pamekasan menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan Humas yang sesuai dengan perencanaan akan dapat membangun citra sekolah, (2) tugas Humas menginformasikan segala kegiatan di sekolah untuk dapat diketahui masyarakat agar masyarakat dapat berpartisipasi, (3) kegiatan sekolah membutuhkan partisipasi masyarakat agar dapat menunjang terhadap keberhasilan program sekolah. Seperti pendapat Abdul Aziz bahwa partisipasi masyarakat dan warga sekolah dalam mewujudkan sekolah yang bermutu perlu dimaksimalkan. Makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki, makin besar rasa tanggung jawab, dan akhirnya makin besar pula tingkat dedikasinya.8 Dengan kata lain bahwa dalam pelaksanaan Humas sekolah adalah komunikasi dan kerja sama dengan orang tua wali murid atau masyarakat. Komunikasi dan kerjasama ini sangat penting dalam pelaksanaan Humas dan pencapaian tujuan Humas. Karena dengan komunikasi dan informasi akan dapat menjalin hubungan yang harmonis serta menciptakan kesan dan citra positif sekolah. Keempat Evaluasi Humas dalam membangun citra religius terhadap masyarakat. Evaluasi Humas di SMPN 1 Pamekasan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan, evaluasi disini bertujuan untuk mengoreksi dan memantau kembali kegiatan sekolah yang sudah terlaksana dengan sesuai apa kurang maksimal. Dalam kegiatan evaluasi ini akan dapat mengetahui hambatan-hambatan, kendala, dan kekurangan yang terjadi dalam proses pelaksanaan Humas. Dan dalam evaluasi ini nantinya akan dijadikan tolak ukur keberhasilan kegiatan Humas dan akan diberikan masukan-masukan saat evaluasi pada rapat setelah kegiatan pelaksanaan selesai. Berdasarkan temuan di SMPN 1 Pamekasan dalam evaluasi Humas disini menunjukkan bahwa: (a) evaluasi sesuai dengan standart pelayanan sekolah, standart pelayanan tentang Humas yaitu pelayanan tamu dan pelayanan komplain, (b) evaluasi dilakukan pihak sekolah mulai dari internal (sekolah) kemudian eksternal (luar sekolah), (c) evaluasi dilakukan secara rutin dalam priode tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Sri Minarti bahwa dalam kaitannya dengan evaluasi pelaksanaan program hubungan dengan masyarakat di lembaga pendidikan, posisi evaluasi sangat strategis dalam upaya menentukan arah kebijakan selanjutnya bagi suatu lembaga pendidikan. Suatu evaluasi yang dilaksanakan akan menjadi efisien, efektif, dan bermanfaat bagi lembaga atau sekolah yang akan berimplikasi pada kemajuan sekolah apabila evaluasi terhadap programnya dilaksanakan secara objektif tanpa ada suatu intervensi yang terlalu mendalam dari sekolah terhadap opini publik dalam menentukan arah jawabannyaakan suatu lembaga pendidikan yang ada di sekitarnya. Kemudian, ditindaklanjuti dengan program-program baru yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam program pelaksanaan evaluasi.9 8 Abdul Aziz, Pengantar Manajemen Subtansi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Pena Salsabila, 2017), hlm. 227. 9 Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 307. Menurut peneliti disini, dalam evaluasi yang akan dilaksanakan lagi kedepannya adalah melalakukan hal; (a) melakukan evaluasi internal maupun eksternal secara detail dan rinci, (b) setiap tamu yang datang ke SMPN 1 Pamekasan akan memberikan masukan, kritik, dan saran untuk kinerja yang baik, dan (c) pelaksanaan sebelumnya akan dijadikan pengalaman dalam melaksanakan kegiatan sekolah berikutnya. Gambaran Budaya Religius sebagai citra di SMPN 1 Pamekasan SMPN 1 Pamekasan dalam membangun citra lembaga khususnya dalam membangun citra religius dalam dilakukan dengan meningkatkan Humas, karena citra lembaga itu sendiri merupakan tujuan dari diadakannya Humas. Usaha pencitraan sekolah pada masyarakat dapat dilakukan dengan cara peningkatan Humas. Dalam peningkatan Humas banyak usaha yang dapat dilakukan sekolah. Untuk usaha peningkatan Humas harus sesuai dengan kemampuan sekolah dan karakteristik sasaran pencitraan. Di SMPN 1 Pamekasan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan Humas di sekolah adalah dengan meningkatkan penyampaian informasi pada masyarakat dilakukan dengan cara mempermudah masyarakat mendapatkan informasi terhadap sekolah dengan cara mengapdate sarana informasi yang sudah dimiliki sekolah seperti majalah sekolah, banner, dan website sekolah, maupun media informasi atau sarana informasi lain sehingga masyarakat dapat mengetahui agenda kegiatan sekolah dalam melaksanakan visi dan misi sekolah. Peningkatan Humas di sekolah adalah suatu strategi Humas untuk sekolah. Sesuai dengan yang diungkapkan Mujammil Qomar bahwa untuk melaksanakan manajemen Humas secara optimal sebaiknya ditempuh beberapa strategi berlapis, dari yang bersifat usaha internal, maupun usaha eksternal. Strategi tersebut adalah membangun citra (image building) yang baik pada lembaga pendidikan Islam dengan kejujuran, amanat, dan transparansi pengelolaan. Terutama, kemampuan membuktikan wujud nyata hasil pendanaan dari negara maupun masyarakat.10 Setelah penerapan manajemen Humas telah dicapai secara optimal, maka akan terwujudlah sebuah citra yang baik terhadap masyarakat. Namun dalam hal ini, sekolah tidak hanya membangun citra yang baik saja, tetapi sekolah juga membangun citra yang religius terhadap masyarakat melalui penerapan budaya religius. Budaya religius yang diterapkan di SMPN 1 Pamekasan merupakan kebiasan-kebiasaan yang dilakukan oleh suatu lembaga yang bernuansa islami Pembudayaan nilai-nilai keberagamaan (religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, anatar lain melalui: kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan ekstra kulikuler di luar kelas, serta tradisi dan perilaku warga lembaga pendidikan secara kontiu dan konsisten, sehingga tercipta religious culture dalam lingkungan lembaga pendidikan. Sesuai dengan yang diutarakan oleh Mohammd Fathurrohman bahwa, Budaya religius lembaga pendidikan adalah upaya terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dlam berperilaku dan berbudaya organisasi yang diikuti oleh seluruh keluarga di lembaga pendidikan tersebut. Dengan menjadikan agama 10 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Relegius (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2016), hlm. 82- 83. . sebagai tradisi dalam lembaga pendidikan maka secara sadar maupun tidak ketika keluarg lembga mengikuti tradisi yng telah tertanam tersebut sebenarnya warga lembaga pendidikan sudah melakukan ajaran agama.11 Berdasarkan hasil observasi yang sudah peneliti lakukan di SMPN 1 Pamekasan disana menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat religius dan juga menciptakan lingkungan yang agamis. Kebiasaan yang bersifat religius di sini yang sudah diterapkan oleh siswa merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari, kegiatan yang dilakukan tiap minggu, dan ada pula kegiatan yang dilaksanakan tiap tahunnya, dan itu sudah menjadi kebiasaan atau sudah membudidaya di SMPN 1 Pamekasan. Kebiasaan yang bersifat religius yang diterapkan tiap harinya di SMPN 1 Pamekasan adalah menerapkan 3S (Senyum, Sapa, dan Salam), melaksanakan sholat dhuha sebelum pelajaran dimulai, dan berjema’ah sholat dhuhur bersama secara pergantian, sedangkan yang diterapkan setiap minggunya di SMPN 1 Pamekasan adalah sholat jum’at bersama dengan urutan gantian tiap kelas per minggunya bersama masyarakat di sekitar lembaga. Tiap setengah bulan sekali melaksanakan pengajian rutin di rumah siswa secara bergantian yang di dalamnya ada sedikit pencerahan dari guru dan wali kelas di dengan tujuan untuk menyambung silaturrahmi serta mengadakan evaluasi terhadap keseharian siswa dalam proses belajar mengajar. Adanya kebiasaan (budaya) yang bersifat religius yang sudah diterapkan di SMPN 1 Pamekasan akan menjadi sebuah gambaran dalam membangun citra religius. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Asmaun Sahlan bahwa budaya religius yang telah terbentuk di sekolah, beraktualisasi ke dalam dan ke luar pelaku budaya menurut dua cara. Aktualisasi budaya ada yang berlangsung secara covert (samar/tersembunyi) dan ada yang overt (jelas/terang). Yang pertama adalah aktualisasi yang berbeda antara aktualisasi ke dalam dengan ke luar, ini disebut covert yaitu seseorang yang tidak berterus terang, berpura- pura, lain di mulut lain di hati, penuh kiasan dalam bahasa lambing, ia diselimuti rahasia. Yang kedua adalah aktualisasi budaya yang tidak menunjukkan perbedaan antara aktualisasi ke dalam dan aktualisasi ke luar, ini disebut dengan overt. Pelaku overt ini selalu berterus terang dan langsung pada pokok pembicaraan.12 Gambaran budaya religius sebagai citra religius di SMPN 1 Pamekasan dapat dibangun melalui pengoptimalkan program yang sudah direncanakan secara maksimal dan dibutuhkannya kerjasama antar guru dan staf untuk mempermudah pelaksanaannya. Sedangkan menurut Asmaun ahlan bahwa strategi untuk membudayakan nilai-nilai agama di sekolah dapat dilakukan melalui: 1) Power strategy, yakni strategi pembudayaan di sekolah dengan cara menggunakan kekuasaan atau melalui people’s power, dalam hal ini peran sekolah dengan segala kekuasaanya sangat dominan dalam melakukan perubahan; 2) Persuasive strategi, yang 11 Rahadhini, Peran Public Relation Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility, Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, Volume 10, No. 1 (April 2010), hlm. 13. . 12 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Relegius (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2016), hlm. 82- 83. dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan (citra) masyarakat atau warga sekolah; dan 3) Normative re-educative, norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Norma termasyarkatkan lewat pendidikan, normative digandengkan dengan re-du-cative (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti paradigma berpikir warga sekolah yang lama dengan yang baru.13 Menurut peneliti disini dari adanya pemaparan tentang budaya religius sebagai gambaran citra religius di SMPN 1 Pamekasan bahwa citra yang merupakan sebuah pandangan mengenai suatu lembaga melalui penerapan Humas yang baik dapat di hasilkan melalui penilaian objektif masyarakat atas tindakan, perilaku, dan etika lembaga di tengah masyarakat yang mana hal tersebut merupakan gambaran yang berkenaan dengan budaya religius yang nantinya akan menghasilkan pandangan religius (citra religius) terhadap masyarakat. FaktorPendukung dan Faktor Penghambat dalam Membangun Budaya Religius di SMPN 1 Pamekasan Kegiatan Humas di SMPN 1 Pamekasan baik yang bersifat eksternal maupun internal, kedua-duanya meminta perhatian istimewa dari kepala untuk menarik minat bagi masyarakat ataupun warga sekolah. Kegiatan Humas terebut dapat berjalan sebagaimana mestinya apabila di dukung oleh beberapa faktor, yakni adanya program kerja yang jelas, sarana dan prasarana yang memadai, partisipasi orang tua murid dan masyarakat, kerja sama sesama warga sekolah dan komite sekolah. Hal ini juga diutarakan oleh Sri Minarti bahwa kegiatan Humas sekolah, akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor, yakni adanya program dan perencanaan yang sistematis, tersedia basis dokumentasi yang lengkap, tersedianya organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan kehumasan ini. Tanpa didukung oleh faktor-faktor tersebut, pastilah berbagai kegiatan Humas di sekolah tidak mungkin dapat dilaksanakan seluruhnya.14 Adanya faktor pendukung dalam penerapan manajemen Humas di SMPN 1 Pamekasan akan mempermudah dalam pengelolaannya. Namun disini tidak luput dari adanya faktor penghambat dalam menerapkan manajemen Humas tersebut faktor tersebut adalah adanya undang-undang yang membatasi sehingga mempersempit terhadap perencanaan program kerja dalam pelaksanaan manajemen Humas, sarana dan prasaran yang tidak memadai sehingga menghambat terhadap pencapaian program yang sudah direncanakan, dan kurangnya kepedulian masyarkat terhadapa pentingnya penerapan manajemen Humas di SMPN 1 Pamekasan. SMPN 1 Pamekasan setelah mengetahui adanya faktor penghambat tersebut tidak hanya tinggal diam saja melainkan menindak lanjuti hal tersebut. Adapun beberapa langkah yang dilakukan oleh SMPN 1 Pamekasan adalah: 1) Menyesuaikan dengan situasi dan kondisi; 2) Kerja sama dengan sesama guru khusunya guru PAI, PKN, dan BK untuk memberikan pencerahan pihak yang bersangkutan; 3) Mengaktifkan pengajian kelas; dan 4) Mengingatkan kepada warga sekolah akan pentingnya budaya religius. 13Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Relegius, hlm. 86. 14 Sri Minarti. Manajemen Sekolah (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2016), hlm. 306. KESIMPULAN Lembaga pendidikan senantiasa tumbuh berkembang bersama dengan tumbuh berkembangnya masyarakat. Namun demikian setiap lembaga memerlukan minaknisme tersendiri dalam pengaturan hubungannya dengan dunia luar atau masyarakat. Hubungan terseubut akan berimplikasi pada dukungan masyarakat terhadap segala program yang dicanangkan lembaga. SMPN 1 Pamekasan memberikan contoh pengaturan hubungan masyarakat yang baik dan berakibat meningatnya dukungan masyarakat terhadap programnya, termasuk dalam membudayakan prilaku religius pada segenap waraga sekolah. Ini kemudian menjadi kontribusi yang baik terhadap nainya citra SMPN1 Pamekasan ebagai lembaga sekolah yang islami. DAFTAR PUSTAKA Aziz, Abdul. Pengantar Manajemen Subtansi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Pena Salsabila, 2017. Herdiana, Dedi. dan Khoiruddin, “Peran dan Strategi Humas dalam Pembentukan Citra Perguruan Tinggi Islam” dalam Jurnal Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah, volume. 15, No. 2 Desember 2016. Minarti, Sri. Manajemen Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2010. Rahadhini, “Peran Public Relation Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility” dalam Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, Volume 10, No. 1 (April 2010. Rahmad, Abdul. Manajemen Humas Sekolah. Yogyakarta: Media Ekonomi, 2016. Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Relegius. Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2016. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (jakarta: pt. Rineka cipta, 2004. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikn Indonesia, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012. re-JIEM 35 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 36 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 37 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 38 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 39 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 40 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 41 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 42 ISSN 2654-729, DOI: re-JIEM 43 ISSN 2654-729, DOI: