Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05NUANSA JURNAL PENELITIAN ILMU SOSIAL DAN KEAGAMAAN ISLAM P-ISSN: 1907-7211 | E-ISSN: 2442-8078 Volume 19 No. 1 January-June (2022) Published By: Research Institute and Community Engagement State Islamic Institute of Madura NUANSA Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January-June (2022) EDITOR IN CHIEF Moh Mashur Abadi MANAGING EDITOR Moch. Cholid Wardi EDITORS Taufikkurrahman Upik Agwin Degaf Fitriyatul Qomariyah Khaerul Umam Sri Rizqi Wahyuningrum Fajrian Yazdajir Iwanebel Faraniena Yunaeni Risdiana Fikri Mahzumi Aria Indah Susanti Benny Afwadzi Choirul Mahfud Muh. Nashiruddin Achmad Muhlis Siti Musawwamah Siswanto Ulfa Muhayani Mohammad Kosim Sri Handayani Farahdilla Kutsiyah Wahyudin Darmalaksana Moh Mufid Jonaedi Efendi Mukhammad Zamzami REVIEWERSEnd Match Mohammad Muchlis Solichin Fadllan Ade Sofyan Mulazid Mohammad Subhan Zamzami Syukron Affani Iskandar Ritonga Eko Ariwidodo Slamet Erie Hariyanto Khairunnisa Musari Ahmad Chairul Rofiq Sutan Emir Hidayat Baharuddin Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam is a journal that publishes scientific articles which have been derivated from research on social sciences and islamic studies. This journal is published biannually on June and December and published articles reviewed by experts on the related issues. Jurnal Nuansa's scope includes: education, culture, politics, law, economy, theology, philosophy, communication, and history. All published articles will be added with a DOI CrossRef Unique Number Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam has been accredited by The Ministry of Research, Technology and Higher Education of the Republic of Indonesia as an academic journal in Sinta 3 (SK No.36/E/KPT/2019) valid for 5 years from Volume 16 No. 2 2019. P-ISSN: 1907-7211 E-ISSN: 2442-8078 Editorial Office: Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan keagamaan Islam, Research Institute and Community Engagement of IAIN MADURA Jl. Raya Panglegur KM. 4 Tlanakan Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia, 69371 Email: jurnalnuansa@gmail.com Website: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa TABLE OF CONTENTS Mohammad Muchlis Solichin, Wahab Syakhirul Alim, Achmad Muzammil Alfan Nasrullah Integrasi Ajaran Islam dengan Ilmu Pengetahuan pada Program Studi Tadris Ilmu Pendidika Alam IAIN Madura: Struktur Kurikulum, Strategi Pembelajaran dan Pandangan Masyarakat Agus Khunaifi, Mirza Mahbub Wijaya, Ahmad Fahri Yahya Ainuri Zuhud Vis A Vis Modernity: The Resistance of Rural Community to Modernity Muhammad Khoiruzzadi, Lia Dwi Tresnani, Nadia Fitria Khairunisa Dualisme Pengetahuan Agama: Dinamika Religiusitas Siswa Muslim di SD Kristen Purbo Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di PamekasanEnd Match 1-22 23-40 41-63 64-82 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05nuansa Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Kegamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End MatchBegin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan Mohammad Thoha Institut Agama Islam Negeri Madura, PamekasanEnd Match Email: thohasumberjati@gmail.com R. Taufikurrahmahman Institut Agama Islam Negeri Madura, Pamekasan Email: abuaulady4@gmail.com Article History Submitted: 13 December 2021 Revised: 7 April 2022 Accepted: 18 April 2022 How to Cite: Begin Match to source 4 in source list: https://www.ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/bidayatuna/article/download/1916/646/5060Thoha, Mohammad, R. Taufikurrahman. “Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di PamekasanEnd Match.” Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam 19, no. 1 (2022End Match): 64–82. Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa DOI: 10.19105/nuansa.v19i1End Match.5446 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05PageEnd Match: 64-82 Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan Abstrak: Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Madrasah diniyah grows and develops with the community. Its existence illustrates the level of community diversity. Along with the shift in the mindset of the community, the sustainability of the madrasah diniyah is threatened because it is seen as a "second class" education and it is only suitable for the lower middle class. This study describes the efforts of madrasah diniyah of Pamekasan in maintaining their institutional existence in the midst of the onslaught of modern education. Using a descriptive qualitative approach, this study reveals: the efforts of madrasah diniyah in revitalizing its institutions; exploring the response of stakeholders to these efforts; and challenges faced. The results of the study:The first: The form of revitalization efforts carried out by Madrasah diniyah is to maintain the Salaf curriculum and maximize community involvement in institutional policy making; The second, the response of stakeholders is good. students, community and teachers welcomed the revitalization movement. The third, the challenges faced are: the low interest and ability of row input in religious studies and the lack of financial support from the government. The solution made by madrasas is to strengthen the economy independently and strengthen the internal solidarity of the institution. (Madrasah diniyah tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Eksistensinya menggambarkan tingkat keberagamaan masyarakat. Seiring bergesernya pola pikir masyarakat, madrasah diniyah terancam keberlanjutannya karena dipandang sebagai pendidikan “kelas dua” dan hanya cocok bagi kelas menengah ke bawah. Penelitian ini menggambarkan upaya madrasah diniyah di Pamekasan dalam mempertahankan eksistensi kelembagaanya di tengah gempuran pendidikan modern. Dengan pendekatan kualitatif diskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumen, penelitian ini mengungkap: upaya madrasah diniyah dalam melakukan revitalisasi kelembagaannya; mendalami respon stakeholders terhadap upaya tersebut; dan tantangan yang dihadapi. Hasil penelitian: pertama: Bentuk upaya revitalisasi yang dilakukan madrasah diniyah adalah mempertahankan kurikulum salaf dan memaksimalkan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan kelembagaan; Kedua, respon stakehorders baik. murid, masyarakat dan para pengajar menyambut baik gerakan revitalisasi tersebut. Ketiga, tantangan yang dihadapi berupa: rendahnya minat dan kemampuan row input pada kajian keagamaan dan minimnya dukungan dana dari pemerintah. Solusi yang dilakukan madrasah dengan cara melakukan penguatan ekonomi secara mandiri dan menguatkan solidaritas internal lembagaEnd Match.) Kata Kunci: Revitalisasi, Madrasah Diniyah, Kelembagaan Pendahuluan Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan islam pertama yang terus eksis di tengah masyarakat. Alumni madrasah ini diharapkan mampu meneladani sosok kiai sebagai role model kehidupan masyarakat. Karakter kiai yang bersahaja, jujur dan egaliter menjadi kurikulum nyata bagi pembentukan jiwa kesantrian.1 Madrasah diniyah mengalami pasang surut respon masyarakat seiring perkembangan zaman.2 Di satu sisi madrasaah diniyah (dan juga pesantren) selalu mempertahankan tradisi yang sudah diwariskan dari 1 Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Ismail SuardiEnd Match Wekke, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Ismail Suardi Wekke, Tradisi Pesantren Dalam Konstruksi Kurikulum Bahasa Arab Di Lembaga Pendidikan MinoritasEnd Match Mmuslim Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Papua Barat,” KARSA 22, no. 1 (2014End Match), 1. 2 Ismail Suardi Wekke, 1. 65 Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman generasi ke generasi yang cenderung tertutup dan mandiri, sementara di sisi lain tuntutan masyarakat semakin dinamis.3 Saat ini masyarakat kita dikenal dengan generasi melineal. Pemaknaan ini mengacu pada kelahiran mereka antara tahun 1980-2000. Mereka mewarisi hasrat yang kuat untuk melakukan perubahan, inovasi, dan tidak puas dengan apa yang diperoleh generasi sebelumnya.4 Dengan demikian mereka menginginkan semua hal bersifat cepat, dan mudah, meskipun kadang untuk memenuhinya harus mengenyampingkan proses yang baik. Melineal diidentikkan dengan era digital. Di mana segaa sesuatu bisa dicapai dengan teknologi yang menyiapkan layanan super cepat dan instan. Inilah yang digandrungi generasi melineal.5 Madrasah Diniyah telah hadir sebagai eksistensi kelembagaan pendidikan islam pertama.6 Sebagai lembaga pendidikan klasik, madrasah diniyah dipandang sebagai pendidikan tradisional yang lambat dan ketinggalan zaman. Sebaliknya masyarakat menghrapkan lembaga pendidikan yang fleksibel, lentur dan terbuka.7 Pada akhirnya, madarasah diniyah yang sebenarnya memiliki keunggulan tidak saja menajamkan kemampuan intelegensi saja, akan tetapi memperkuat nalar spiritual dan emosial, menjadi kurang diminati generasi melineal.8 Mereka kurang bangga lagi menyandang gelar santri, yang sebenarnya akan disematkan kepada lulusan pesantren dan madrasah diniyah yang mampu menyatukan tiga nalar sekaligus: Bayany, dengan mengedepankan teori dan tekstual teoritik; Burhany dengan memaksimalkan analisis akal dalam menangkap teks untuk didialogkan dengan konteks, dan Irfany, kemampuan untuk mencetuskan pemikiran baru berdasarkan perkembangan zaman yang dinamis.9 Produk dari pesantren dan madraah diniyah adalah muslim yang moderat, santun, memiliki kearifan ilmiah,10 namun tetap mumpuni sebagai ahli agama islam (tafaqqoh fi al-dien).11 Dengan demikian keberadaan pesantren dan madrasah diniyah sebenarnya senantiasa terus dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu revitalisasi kelembagaan 3 Ahmad Saifuddin, “Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Agama Islam 03, no. 1 (2015), 209. 4 Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Shofiyah, “Generasi Milineal, Entrepreneurship Dan Globalisasi Ekonomi,” Al-Musthofa: Journal of Sharia Economics 02, no. 1 (2019End Match), 52. 5 Shofiyah, 54. 6 Nuriyatun Nizah, “Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis,” Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 11, no. 1 (2016), 182. 7 Moch. Djahid, “PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAHDI PONOROGO,” MUADDIB 06, no. 1 (2016), 23. 8 Nuriyatun Nizah, “Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis,” 183. 9 Moch. Djahid, “PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAHDI PONOROGO,” 204. 10 Moch. Djahid, 205. 11 Nur Alia, “Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan Minimal Di Kabupaten Bogor,” Jurnal Penamas 29, no. 3 (2016), 453. 66 Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan madrasah diniyah mutlak dibutuhkan untuk menggairahkan kembali respon masyarakat terhadap lembaga pendidikan ini. Inilah yang melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini mengambil dua lokus dengan pertimbangan: Madrasa Diniyah Miftahul Ulum Suber Jati berada di pedesaan, di mana masyarakatnya masih sarat dengan nilai-nilai tradisional, semesntara MD Nahdliyatul Islamiyah berada di Blumbungan dengan masyarakat industry yang sangat dinamis. Penelitian ini menarik, karena di samping menelaah eksistensi madrasah diniyah sebagai entitas pendidikan islam, ini juga mengekplorasi daya juang para pengelolanya untuk terus meneguhkan daya tawar madrasah di hati masyarakat Madura yang mulai berpikir pragmatis. Focus studi pada persepsi masyarakat modern terhadap madrasah diniyah membedakan penelitian ini dengan penelitian madrasah diniyah sebelumnya. Misalnya dengan penelitian Nuriyatun Nizah yang berjudul “Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis”. Dengan pendekatan studi pustaka, kajian ini lebih pada memotret pertumbuhan awal madarasa diniyah pada masa klasik dan berhenti pada sebatas kajian sejarah.12Demikian pula beberapa penelitian lainnya yang rata-rata sebatas mengkaji penelenggaraan pembelajarannya, tidak mengkaji hubungan timbal balik anatara penyelenggaraan madrasah diniyah dengan opini dan persepsi masyarakat. Misalnya: penelitian Nur Alia dengan judul “Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan Minimal Di Kabupaten Bogor. Penelitian ini mengkaji sisi manajerial pendidikan madrasah diniyah di kabupaten Bogor, dimana ditemukan 3 dari 7 objek penelitian yang telah memenuhi standar pelayanan minima.13Begitu juga penelitian Moch Djahid dengan judul Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah di Ponorogo. Penelitian ini menggunakan analisa kuantitatif untuk menggambarakan jumlah madrasah takmiliyah di Ponorogo yang beraviliasi pada organisasi Muhammadiyah, NU dan organisasi keislaman lainnya.14 Dengan demikin penelitian yang dilakukan peneliti ini memiliki cakupan yang lebih dinamis dengan memotret revetalisasi kelembagaan madrasah diniyah sekaligus meneropong respon masyarakat sebagai tolok ukur eksistensi madrasah diniyah. Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Metode PenelitianEnd Match Penelitian Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. ini menggunakan pendekatan kualitatif denganEnd Match seting yang alami (Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. natural settingEnd Match) berbasis Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. studi lapanganEnd Match.15 Penelitian ini memotret secara utuh tentang objek yang 12 Nizah. “Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis.” Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 11, no. 1 (2016), 2. 13 Nur Alia. “Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan Minimal Di Kabupaten Bogor.” Jurnal Penamas 29, no. 3 (2016), 13. 14 Moch. Djahid. “PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAHDI PONOROGO.” MUADDIB 06, no. 1 (Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/54462016), 21–41End Match. 15 Iwan Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif Dan Mixed Methode (Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019End Match), 103. Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman akan diteliti.16 Data diperoleh secara alami, nyata, objektif, wajar, dan menghindari manipulasi situasi sebelumnya.17 Sumber data manusia: pengasuh pesantren, kepala madrasah, ustadz, dan santri. Sumber data non manusia: dokumen terkait kegiatan yang diselenggarakan oleh kedua madrasah tersebut. Data didapatkan melalui: observasi, wawancara dan dokumen18 kegiatan di kedua lembaga tersebut. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bentuk Revitalisasi Kelembagaan yang Dilakukan Madrasah Diniyah di Pamekasan Berdasarkan paparan data hasil wawancara dan pengamatan peneliti, serta memperhatikan dokumen yang ditemukan, peneliti menemukan bahwa bentuk konkrit dari upaya revitalisasi kelembagaan di Madrasah Diniyah ditempuh dengan beberapa cara berikut: Pertama mempertahankan kurikukulum, mutu pembelajaran dan capaian pembelajaran. Ungkapan salah satu informan menunjukkan bahwa lembaga Madrasah Dinyah mempertahankan eksistensinya dengan cara tetap mempertahankan kurikulum tradisonal (salaf) namun dengan pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dengan beberap inovasi untuk tetap menjamin mutu dan ketercapaian tujuan pendidikan yang sudah ada. Lembaga berusaha untuk selalu memberikan inovasi pelaksanaan pembelajaran di madrasah. sehingga madrasah ini bisa dikatakan sebagai madrasah up to date dalam pembelajaran.19 Informan juga menyampaikan bahwa kurikulum tetap bertahan salaf, materi yang diajarkan adalah kitab-kitab, metodenya juga tetap seperti sedia kala yakni sistem menajemen pesantren, tidak mengikuti kurikulum formal. Sebagai sub sistem pendidikan pesantren, madrasah diniyah memiliki karakter pembelajaran berbasis keagamaan dengan pola pembelajaran salaf. Pembelajaran salaf yakni menjadikan kitab kuning sebagai bahan utama kajiannya. Namun demikian pola pembelajaran tetap harus disesuaikan dengan perkembanagn zaman, sehingga materi yang diajarkan berupa kajian hukum klasik namun tetap sinergi dengan peristiwa saat ini. Ini yang memberikan kontribusi eksistensi kajian kitab di masa modersn seperti saat ini tetap berlangsung.20 16 Robert Bogdan, Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach to the Social Sciences (New York: New York John Wiley and Sons, 1975End Match), 54. 17 S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1992), 18. 18 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 17. 19 Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446K. MohammadEnd Match Toyyib, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Sekretaris Yayasan Miftahul Ulum Sumber Jati PamekasanEnd Match” Wawancara langsung 22 Mei 2022. 20 Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Mohammad Thoha, “ORIENTASI SANTRI DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN PESANTREN DI PAMEKASAN,” Nuansa 10, no. 1 (2013End Match), 82. Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan Sudah semestinya kurikulum madrasah diniyah berbasis keilmuan islam klasik,21 Kajian ini menempatkan kitab kuning sebagai kurikulum utama. Seluruh cakupan kitab klasik menjadi kajian Madrasah Diniyah seperti disiplin fiqh, tashawuf, aqidah, ilmu nahw, shoraf, sejarah, syair, dengan berbagai tingkatannya akan dirumuskan menjadi kurikulum yang sistematis dan berjenjang.22 Jenjang madrasah diniyah yang terdiri atas ula, wustha dan ulya memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mendalami keilmuan agama sesuai dengan jenjang kemampuannya. Kedua memberikan penghargaan (reward) bagi murid berprestasi melalui apresiasi di ajang lomba terbuka akhir tahun. Meskipun kurikulum tidak dilakukan perubahan dari kurikulum salaf, namun pendekatan pembelajaran dikembangan dengan model pemberian reward. Ditemukan beberapa tambahan cara untuk meningkatkan semangat murid, seperti pemberian hadiah berupa uang bagi murid yang hafal Al-fiyah, imriti, kitab hadits Arba’in Al-Nawawi, bahkan ada hadiah dari banyak orang bagi murid yang jumlah hafalan kitabnya paling banyak. Biasanya diberikan di malam puncak imtihan.23 Informan lain mengatakan dengan pemberian hadiah berupa uang dapat terlihat adanya perubahana hasil dibandingkan dengan imtihan-imtihan sebelumnya. Murid-murid semakin semangat untuk menghafal kitab-kutab pelajarannya. Dari awal tahun mereka sudah menyicil hafalan. Sehingga ada murid yang bertekad menghafal lebih dari 5 kitab dalam satu tahun.24 Pembaharuan model pengelolaan (manajemen) mutlak dibutuhkan agar madrasah diniyah tetap dipandang sebagai solusi terpenuhinya kebutuhan pendidikan agama, karakter dan budi pekerti masyarakat. Dinamika kebutuhan masyarakat sudah bergeser dari sekedar mengejar kebutuhan ekonomi dan kesejahteraan duniawi, menuju kepuasan batin dan perilaku agamis. Oleh karena itu madrasah diniyah harus menjemput kebutuhan masyarakat ini dengan pola reformulasi manajemen, baik pembelajaran, perangkat pembelajaran, materi, model pendekatan, sarana, maupun manajemen tata kelolanya.25 Ketiga senantiasa melakukan kordinasi antar guru, baik regular (bulanan) maupun insidentil. Kordinasi rueguler misalnya dilaknakan dengan format istighosah bersama. acara istighosah diikuti seluruh ustadz sejumlah 46 sesuai daftar peserta. Jumlah ini meliputi seluruh ustadz madrasah diniyah, baik yang aktif mengajar, maupun yang diberi tugas menjadi tim pemikir. Acara dimulai langsung setelah berjemaah sholat isya’. Teknis pelaksnaannya bergilir dari rumah satu ustadz ke rumah yang lain seiap mlalam Jumat 21 Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Mohammad Thoha, “Eksistensi Kitab Kuning Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (Studi Analisis Tentang Penggunaan Kitab Kuning Sebagai Referensi Kajian Keislaman Di STAIN Pamekasan Dan STAI Al-Khairat Pamekasan,” Nuansa 16, no. 1 (2019), 56End Match. 22 Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Mohammad ThohaEnd Match, 56. 23 Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446K. MohammadEnd Match Toyyib, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Sekretaris Yayasan Miftahul Ulum Sumber Jati PamekasanEnd Match” Wawancara Langsung 22 Mei 2021. 24 Ust. Abd Rasyid, “Ustad MD Miftahul Ulum Sumberjati” wawancara Langsung 26 Mei 2021. 25 Nuriyatun Nizah, “Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis", 190. Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman Manis. Pada kegiatan awal pimpinan istighasah memimpin sejunlah wiridan sholawat sekitar 1 jam penuh (60 menit). Setelah itu pimpinan madrasah memberikan informasi yang terkait dengan perkembangan, atau permasalahan madrasah. Semua ustadz secara demokratis memberikan pertanyaan, saran dan ide pemecahannya. Selanjutnya acara diisi arisan dan ramah tamah. Dengan demikian tampak seluruh ustadz, guyub, solid dan merasa termotivasi.”26 Kordinasi adalah wujud penyamaan visi dan misi lembaga. Dengan melakukan kordinasi, permaslaahn akan diidentifaksi untuk dicarikan solusinya, demkian pula kordinasiakan memberikan wahana menguatkan motivasi bagi seluruh anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja terbaiknya. Kordinasi ini juga akan mengevaluasi sejauh mana program telah terlaksana. Di lembaga pendidikan, koordinasi juga dimaksudkan untuk memetakan potensi sumber daya yang belum maksimal untuk diberdayakan.27 Keempat melibatkan masyarakat dalam perencanaan kegiatan yang sifatnya terbuka. Menurut informan dari unsur ustadz yang juga merangkap kepala dusun, kiai selaku pemegang kebijakan utama pengelolaan madrasah, selalu mengajak masyarakat, terutama tokoh masyarakat dalam memikirkan perkembagan madrasah dan menyelesaikan masalah kalau ada. Misalnya ketika ada rencana imtihan, pasti bermusyawarah. Musyawarah tidak langsung memutuskan, tetapi rencana disampaikan dulu dan para ustadz disuruh mendengarkan pendapat-pendapat masyarakat dan akan dibahas pada rapat berikutnya. Termasuk besaran uang SPP, uang imtihan dan sebagainya. Jadi masyarakat merasa ikut memiliki terhadap madrasah”28 Masyarakat menajadi instrument tak terpisahkan dengan perkembangan madrasah. Oleh karena itu tumbuh berkembangnya madrasah senantiasa bersama dengan masyarakat. Kebutuhan masyarakat harus terekam dalam pengembangan madrasah. Alumni madrasah yang dipandang berhasil adalah alumni yang mampu beradaptasi dan ikut andil dalam kemajuan masyarakat. Apabila masyarakat dilibatkan dengan baik dalam setiap pengambilan kebijakan madrasah, maka masyarakata akan membantu madrasah secara totalitas dan tampa pamrih. Sebaliknya jika madrasah menutup diri dari masyarakat, maka masyarakat akan menjadi acuh dan abai terhadap keberadaan madrasah tersebut.29 Kelima senantiasa mengadakan Istighosah yang melibatkan seluruh dewan guru baik yang aktif, maupun yang berperan sebagai tim pemikir. Cara lain yang ditempuh pengelola 26 Observasi pada Malam Jumat Manis tanggal 16 September 2021 di rumah Ust. Taufik salah satu ustadz di MD Miftahul Ulum 27 Mohammad Thoha, “Manajemen Peningkatan Mutu Ketenagaan Dan Sumber Daya Manusia (SDM) Di Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan,” MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 02, no. 1 (2017), 178. 28 Ust. Junaidi, “Salah Satu Ustad Yang Juga Kepala Dusun Sumberjati” Wawancara Langsung 22 Mei 2021. 29 Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Mohammad Thoha and Ika Nurul Jannnah, “PUBLIC RELATION DAN PEMBANGUNAN CITRA AGAMIS (Studi Implementasi Manajemen Hubungan Masyarakat Sebagai Upaya Membangun Citra Religius Di SMPN 1 Pamekasan),” Re-JIEM 1, no. 2 (2018End Match), 38. Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan Madrasaah Diniyah untuk mempertahankan semangat ustadz adalah melalui kordinasi bulanan yang di kemas dengan istighosah bersama setiap malam Jum’at Manis (legi). Peneliti melihat pelaksanaan istighasah berjalan dengan baik. acara istighosah diikuti seluruh ustadz sejumlah 46 sesuai daftar peserta. Jumlah ini meliputi seluruh ustadz madrasah diniyah, baik yang aktif mengajar, maupun yang diberi tugas menjadi tim pemikir. Acara dimulai langsung setelah berjemaah sholat isya’. Teknis pelaksnaannya bergilir dari rumah satu ustadz ke rumah yang lain seiap malam Jumat Manis. Pada kegiatan awal pimpinan istighasah memimpin sejunlah wiridan sholawat sekitar 1 jam penuh (60 menit). Setelah itu pimpinan madrasah memberikan informasi yang terkait dengan perkembangan, atau permasalahan madrasah. Semua ustadz secara demokratis memberikan pertanyaan, saran dan ide pemecahannya. Selanjutnya acara diisi arisan dan ramah tamah. Dengan demikian tampak seluruh ustadz, guyub, solid dan merasa termotivasi.”30 Istighosah ini dilakukan untuk terus menjaga komitmen dalam penyatuan visi dan tujuan dengan seluruh pendidik, sekretaris yayasan menyampaikan bahwa pimpinan yayasan selalu melakukan musyawarah dan rapat dengan seluruh ustadz untuk menentukan program pelaksanaan pembelajaran sehingga visi dan tujuan yang sudah ditetapkan di lembaga ini dapat berjalan dengan mudah sesuai dengan harapan. Dan juga selaku pendidik harus selalu berusaha untuk menampung segala keluh kesah masyarakat terhadap lembaga ini dan mencarikan solusi sehingga hal ini dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini.”31 Istighosah dan bentuk lain dari hubungan manusi sebagai hamba dengan Tuhannya sebagai pemegang kuasa, menjadi ciri khas lembaga pendidikan pesantren dan madrasah. Kegiatan ini tidak semata dimaknai sebagai ritual, melainkan juga memberikan kekuatan energi dan motivasi agar senantiasa mengakui kelemahan diri dan senantiasa memohon petunjuk dan kekuatan kepada Tuhannya dalam melaksanakan seluruh kegiatan. Komunitas pesantren meyakini bahwa manusia sebatas pelaksana dari kehendak Allah SWT yang maha mengatur segalanya.32 Keenam menanamkan semangat “jihad fi sabilillah” dalam bidang pendidikan. Peneliti menemukan cara lain yang dilakukan madrasah diniyah Miftahul Ulum Sumberjati. Cara itu upaya madrasah untuk meyakinkan masyarakat dan harapan masyarakat bahwa madrasah ini akan terus berdiri, sepanjang masa untuk tetap menjaga kelangsungan ajaran islam. Motivasi “jihad” dlam menjalankan agama Allah menjadi uapaya membangkitkan semangat guru dan murid. Dengan demikian seluruh pihak masih memiliki harapan yang tinggi terhadap madrasah diniyah. Hal ini bisa dilihat ari beberapa wawancara berikut: “harapan saya adalah diniyah ini tetap menjadi pendidikan yang utama di sini, karena madrsaah 30 Observasi pada Malam Jumat Manis tanggal 16 September 2021 di rumah Ust. Taufik salah satu ust di MD Miftahul Ulum. 31 Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446K. MohammadEnd Match Thoyyib, Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Sekretaris Yayasan Miftahul Ulum Sumber JatiEnd Match, Wawancara. 22 Mei Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/54462021End Match 32 Thoha, “ORIENTASI SANTRI DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN PESANTREN DI PAMEKASAN,” 35. Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman diniyah di sini merupakan bekal untuk kehidupan akhirat, jadi tetap harus bertahan dan tidak ditinggalkan. Oleh karena itu madrasah ini harus tetap ada. Kita harus menyatukan visi dengan seluruh pengelola, ustadz, murid dan bahkan masyarakat.33Kehidupan pesantren, termasuk madrasah diniyah menempatkan seluruh kegiatan sebagai wujud peibadatan kepada Allah SWT. Demikian pula, kiai sebagai pimpinan pesantren akan selalu memaknai segenap pengorbanan untuk mensukseskan kegiatan pentren sebagai “jihad fi sabilillah” (perjuangan menegagkan agama Allah, dalam ranah pendidikan). Dengan motivasi ini, seluruh komunitas pesantren akan memaksimalkan potensinya untuk emmebrikan pengabdian terbaiknya. Keikhlasan, totalitas pengabdian, dan kepatuhan terhadap petunjuk kiai menjadi ciri khas kehidupan pesantren.34 Ketujuh pendidik selalu melakukan pendekatan dan sosialisasi terhadap masyarakat. Dengan dua hal ini Insya Allah masyarakat sekitar akan tetap percaya terhadap lembaga ini karena kami selaku para pendidik selalu melakukan pendekatan terhadap masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat semakin kuat terhadap lembaga ini.35 Pengasuh sebagai role model kehidupan pesantren akan memeberikan contoh kehidupan spiritual bagi seluruh warga pesantren. Oleh karean itu tutur kata, kebijakan, dan pola komunikasinya menjadi hidden curriculum bagi seluruh santri dan ustadz. Kebiasaan kiai akan dilakukan pula oleh mereka. Tidak saja dalam hal ibadah wajib, kebiasaan kiai berpuasa sunnah, kedermawanannya, kesederhananaannya dan keikhlasannya akan diingat sebagi uswah yang baik bagi santri.36 Kedelapan melakukan silaturahim secara langsung untuk keperluan pendekatan dan sosialisasi ke masyarakat secara berkala. Menurut informan hal yang dilakukan madrasah ini untuk tetap menarik minat masyarakat agar menyekolahkan anaknya ke lembaga ini salah satunya yaitu dengan memberikan sesuatu yang disukai (disenangi) oleh masyarakat sekitar (wali murid), yakni memberikan hiburan seperti memeriahkan acara haflatul imtihan khususnya pada acara karnaval."37Masyarakat adalah pemrakarsa lahirnya madrasah diniyah. Oleh karena itu seluruh denyut nadi madrasah diniyah akan terus direkam oleh masyarakat. Masyarakat justru merasa senang dan merasa memiliki jika pengelola madrasah diniyah melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan pemetaan perkembangan. Rasa memiliki ini akan memancing lahirnya militansi dan pembelaan yang kuat terhadap keberlangsungan madrasah diniyah. Masyaraka akan acuh tak acuh dan abai terhadap pasang surut madrasah apa bila mereka merasa tidak dilibatkan dalam perkembangan 33 Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446K. MohammadEnd Match Thoyyib, Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Sekretaris Yayasan Miftahul Ulum Sumber JatiEnd Match, Wawancara, 22 Mei Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/54462021End Match 34 Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Thoha, “ORIENTASI SANTRI DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN PESANTREN DI PAMEKASANEnd Match,” 66. Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. 35End Match Ahmad Badri, “Salah Satu Ustad Di MD Nahdliyatul Islamiyah” Wawancara Langsung 22 Mei 2021 . 36 Thoha, “ORIENTASI SANTRI DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN PESANTREN DI PAMEKASAN,” 57. 37 Ahmad Badri, salah satu ustad sekaligus bendahara di MD Nahdliyatul Islamiyah, wawancara 23 Mei 2021. Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan madrasah. Masyarakat akan menjadi media publikasi sekali menjadi taming baik bagi madrasah yang melibatkan mereka dalam setiap perencanaan dan kegiatannya.38 Kesembilan merawat kepercayaan masyarak melalui pelibatan masyarakat dalam musyawarah madrasah. Masyarakat menjadi instrument tak terpisahkan dengan perkembangan madrasah. Oleh karena itu tumbuh berkembangnya madrasah senantiasa bersama dengan masyarakat. Kebutuhan masyarakat harus terekam dalam pengembangan madrasah. Alumni madrasah yang dipandang berhasil adalah alumni yang mampu beradaptasi dan ikut andil dalam kemajuan masyarakat. Apabila masyarakat dilibatkan dengan baik dalam setiap pengambilan kebijakan madrasah, maka masyarakata akan membantu madrasah secara totalitas dan tampa pamrih. Sebaliknya jika madrasah menutup diri dari masyarakat, maka masyarakat akan menjadi acuh dan abai terhadap keberadaan madrasah tersebut.39 Kesepuluh menjaga mutu pembelajaran. Masyarakat tidak banyak menuntut. Yang paling mudah untuk mengukur keberhasilan pendidikan diniyah adalah perilaku murid. Oleh karena itu di Nahdliyatul Islamiyah yang paling diutaakan adalah akhlaq mulia (akhaqul karimah). Proses pembelajaran ditekankan dengn pemberian contoh dalam bidang akhlakul karimah, karena dengan demikian ketika belajar-mengajar berjalan dengan baik dan akhlak siswa-siswi di sini baik pula, maka otomatis tanpa kita tanyakan kepada wali murid atau masyarakat sekitar maupun masyarakat secara umum, Insyaallah mereka akan percaya. Hal ini dapat kita lihat dalam grafik pertumbuhan atau perkembangan jumlah siswa, kualitas siswa, dan kuantitas siswa. Jumlah siswa ini setiap tahunnya bertambah walupun sedikit demi sedikit bertambah.”40 Madrasah Diniyah sebagai sub sistem pesantren memiliki ciri khas kajian keilmuan klasik. Kajian iini menempatkan kitab kuning sebagai kurikulum utama. Seleuruh cakupan kitab klasik menjadi kajian madrasah diniyah seperti disiplin fiqh, tashawuf, aqidah, ilmu nahw, shoraf, sejarah, syair, dengan berbagai tingkatannya akan dirumuskan menjadi kurikulum yang sistematis dan berjenjang.41 Berikut ini akan digambarkan pertumbuhan jumlah siswa di kedua madrasah diniyah tersebut dalam 4 tahun terakhir: 38 Begin Match to source 4 in source list: https://www.ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/bidayatuna/article/download/1916/646/5060Thoha and Jannah, “PUBLIC RELATION DAN PEMBANGUNAN CITRA AGAMIS (Studi Implementasi Manajemen Hubungan Masyarakat Sebagai Upaya Membangun Citra Religius di SMPN 1 PamekasanEnd Match),” 40. 39 Begin Match to source 4 in source list: https://www.ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/bidayatuna/article/download/1916/646/5060Thoha and JannahEnd Match, 38. 40 K Subki, “Kepala MD Nahdliyatul Islamiyah Blumbungan” Wawancara Langsung 29 Mei 2021. 41 Mohammmad Thoha, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Eksistensi Kitab Kuning Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (Studi Analisis Tentang Penggunaan Kitab Kuning Sebagai Referensi Kajian Keislaman Di STAIN Pamekasan Dan STAI Al-Khairat Pamekasan),” NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam 16, no. 1 (July 31, 2019End Match), 56, Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446https://doi.org/10.19105/nuansa.v16i1.2391End Match. Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman Tabel 1 Jumlah Siswa Tahun MD Miftahul Ulum MD Nahdliyatul Islamiyah 2021 228 311 2020 205 291 2019 202 288 2018 193 264 Kesebelas memberikan apresiasi keberhasilan belajar melalui imtihan besar-besaran dan karnaval. Madrasah melakukan upaya untuk tetap menarik minat masyarakat agar menyekolahkan anaknya ke lembaga ini salah satunya dengan memberikan sesuatu yang disukai (disenangi) oleh masyarakat sekitar (wali murid), yakni memberikan hiburan seperti memeriahkan acara haflatul imtihan khususnya pada acara karnaval."42Metode pemberian reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam banyak penelitian terbukti dapat melecut semangat belajar peserta didik dan meningkatkan prestasi belajar.43Dalam kondisi biasa, peserta didik akan belajar mengikuti pola teman belajarnya. Jika ia bersama teman pemalas, maka ia akan mengikuti menajdi pemalas belajar. Demikian pula sebaliknya. Namun dengan pemberian hadiah bagi murid yang berprestasi, maka iklim belajar akan menjadi ajang kompetisi untuk memperoleh hadiah tersebut. Iklim ini bisa juga terjadi di madrasah diniyah. Oenghargaan yang diterima peserta didik akan juga membanggakan orangtua mereka. Kedua belas memberikan panggung khusus bagi siswa beprestasi dengan penampilan prestasi masing-masing. Madrasah menyiapkan panggung tersendiri pada acara imtihan, yang akan diisi dengan penampilan penguasaan i’lal oleh siswa kelas 5 dan 6. Di acara itu akan mempersilahkan pengunjung untuk menyoal siswa yang tampil tentang penguasaan i’lal. Oleh karena itu anak-anak yang sudah kelas 5 dan kelas 6 betul-betul harus belajar giat untuk tidak mengecewakan orangtuanya nanti di acara penampilan tersebut.”44 Jika dilihat bentuk revitalisasi kelembagaan di kedua madrasah diniyah tersebut bisa dilihat dalam bagan berikut: 42 Ahmad Badri, Salah satu Ustadz sekaligus Bendahara di MD Nahdliyatul Islamiyah, wawancara 23 Mei 2021. 43 Umi Kusyairy dan Sulkipli Culo, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Pemberian Reward And Punishment,” Jurnal Pendidikan Fisika 06, no. 2 (2018End Match), 87. 44 Ust. Hosni, “Pengajar MD Nahdliyatul Islamiyah Blumbungan” Wawancara langsung 01 Juni 2021. Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan Tabel 2 Bentuk Revitalisasi Kelembagaan Madrasah No MD Miftahul Ulum MD Nahdliyatul Islamiyah 1 Mempertahankan mutu dan Melakukan Pendekatan dan capaian pembelajaran sosialisasi ke masyarakat secara berkala 2 Memberikan reward bagi murid Merawat kepercayaan masyarakat berprestasi melalui pelibatan dalam musyawarah 3 Melakukan Kordinasi antar Menjaga mutu pembelajaran guru 4 Pelibatan masyarakat dalam Memberikan apresiasi melalui perencanaan kegiatan imtihan besar-besaran dan karnaval setiap akhir tahun 5 Mengadakan kegiatan Istighosah guru Memberikan Panggung khusus bagi siswa beprestasi/penampilan 6 Menanamkan Motivasi jihad fi sabilillah dalam bidang ilmu Motivasi dan harapan untuk mendapatkan penghargaan dalam pembelajaran juga termasuk dalam metode pemberian reward (hadiah), dengan memberikan harapan dan janji positif yang dilakukan oleh pendidik akan memunculkan sikap optimesme murid untuk mencapai hasil belajar yang baik. Demikian pula, pendidik yang acuh dengan perkembangn belajar muridnya juga memberikan kontribusi pada lambatnya capain pembelajaran murid.45 Respon stakeholders dalam menyikapi revitalisasi kelembagaan di Madrasah Diniyah di Pamekasan Seluruh informan di madrasah diniyah merasa senang dengan revitalisasi kelembagan tersebut. Para ustadz mendukung penuh kebijakan pimpinan untuk tetap mempertahankan mutu dan menjaga kepercayaan masyarakat, demikian pula murid mengaku senang dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti musabaqoh (lomba) kitab-kitab dan pendalaman materi keagamaan yang digelar setiap akhir tahun. Tradisi imtihan, haflah akhirus sanah dan istlah lain untuk mengapresiasi keberhasilan belajar murid madrasah, menjadi tardisi baik pesantren. Kebiasaan ini dilaksanakan setiap akhir tahun untuk memberikan penghargaan pada santri berprestasi sekaligus ajang promosi 45 Umi Kusyairy dan Sulkipli Culo, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Pemberian Reward And PunishmentEnd Match,” 88. Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman kelembagaan madrasah dan pesantren. Pada kegiatan ini seleuruh elemen pesntren akan terlibat untuk menunukkan sikap keterkaitan emosional dengan madrasah diniyah atau pesantren. Di sini uji kendali mutu dilakukan oleh masyarakat luas terhadap perkembangan madrasah dan pesntren selama 1 tahun terakhir. Tak jarang alumni ikut memberikan penilaian terhadap mutu lulusan dan mutu proses pada alamamternya. Masukan tersebut sebagi wujud “tetap merasa memilki dan tanggung jawab” terhadap keberlangsungan madrasah.46 Beberapa program madrasah seperti penghargaan pada murid yang banyak menghafal kitab, penubatan siswa tauladan, dan penambahan beberapa kitab hadits sebagai kajian utama, dirasakan ustadz dan murud sangat baik. Masyarakat juga sangat mendukung dan siap dimintai bantuan kalau madrasah membutuhkan.”47 Baik ustadz maupun pimpinan madrasah sama-sama mengaku bersedia tetap meneruskan pengabdian ini dengan cara, diantaranya dengan tetap aktif dalam kegiatan mengajar, jam masuk dan jam pulang harus betul-betul diperhatikan. Selanjutnya ustadz- ustadz juga ikut melakukan terobosan-terobosan yang sekiranya masyarakat bisa terus percaya pada eksistensi madrasah ini. Masyarakat selau berpartisipasi dan mengapresiasi apa yang menjadi tenggung jawab kami”48 Wujud respon dukungan masyarakat dapat dilihat dari jumlah peserta didik semakin mwningkat, seperti yang terjadi di di Madarasah Diniyah Miftahul Ulum. Tahun 2020 jumlah siswa 205 orang dan tahun 2021 ini ada tambahan menjadi 243 siswa.”49 Pola relasi yang baik anatara pengelola madrasah, ustadz, murid dan alumni akan menajdi media promosi bagai keberlangsungan madrasah. Peran aktif alumni dalam memberikan saran pengembangan madrasah akan terus mengikat hubungan emosional diantara alumni, masyarakat dengan lembaga madrasah. Hubungan harmonis ini juga akan melahirkan citra positif terhadap kepedulian madrasah dengan masyarakat, dan sebalikany akan menimbulkan militansi yang kuat dari masyarakat dan alumni.50 Responden dari unsur murid juga memberikan respon positif terhadap upaya revitalisasi kelembagaan madrasah diniyah. Mereka mengaku sekolah di lembaga ini karena kemauan sendiri dan dorongan orangtua karena melihat bahwa program-program madrasah serta kurikulum masih konsisten dengan kajiaan kegamaan dan belum terkikis dengan materi lain. Kajian keagamaan berbasis kitab kuning dan keilmuan klasik akan membedakan 46 Thoha, “ORIENTASI SANTRI DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN PESANTREN DI PAMEKASAN,” 66. 47 Ust. Sofwan, “Wakil Kepala Madrasah Diniyah Miftahul Ulum” Wawncara Langsung 26 Mei 2021. 48 Ust. Zahri, “Guru Madrasah Diniyah Miftahul Ulum” Wawancara langsung 30 Mei 2021. 49 Ust. Subhan, “Kepala Tata Usaha Madrasah Diniyah Miftahul Ulum” Wawancara langsung 30 Mei 2021 . 50 Begin Match to source 4 in source list: https://www.ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/bidayatuna/article/download/1916/646/5060Thoha and Jannah, “PUBLIC RELATION DAN PEMBANGUNAN CITRA AGAMIS (Studi Implementasi Manajemen Hubungan Masyarakat Sebagai Upaya Membangun Citra Religius di SMPN 1 PamekasanEnd Match),” 37. Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan madrash dengan sekolah formal. Komitmen untuk mempertahankan kajian keilmuan klasik menjadi daya tarik tersendir bagi masyarakat. Di madrasah dan pesntren, penguasaan kitab kuning menjadi barometer keberhasilan belajar peserta didik. Untuk mewujudkan ini madrasah mendesain kurikulumnya sepenuhnya berbasis kitab kuning dan keilmuan klasik.51 Baik murid maupun wali murid menilai pengelolaan Madrasah Diniyah ini masih baik, karena masih banyak hal-hal yang masih berkembang di dalamnya. mereka berpandangan bahwa Madrasah Diniyah ini tetap aka bertahan apabila pegelolanya masih tetap berkomitmen dalam memajukan madrasah ini.”52 Para ustadz konsisten mendukung semua program madrasah, para ustadz merasakan adanya imbas kenakalan peserta didik dengan semakin banyaknya jumlah murid dari tahun ke tahu, murid-murid menyambut baik dengan program-program madrasah dengan alasan ingin menjadi orang soleh. Semua informan dari unsur murid juga merespon baik program-program madrasah sebagai upaya tetap menjaga eksistensi kelembagaan. Mereka merasa senang sekolah di madrasah sini karena banyak temannya. Di antara sebabnya adalah karena setiap imtihan dilakukan besar-besaran; pembelajaran dilakukan dengan cara kitab pelajaran yang sudah dipelajari kemaren dibaca lagi bersama-sama setiap memulai pelajaran; ustadznya selalu masuk, jarang tidak masuk; dan madrasah didukung dengan fasilitas masjid yang besar dan airnya banyak”.53 Demikian juga masyarakat luar madrasah menilai kalau lembaga madrasah diniyah mengalami perkembangan yang sangat baik, yang bisa mereka nilai yaitu kuantitas siswa dan kualitas lulusan dari lembaga ini. Seperti contoh alumni yang melanjutkan ke MTs, MA yang mondok ke pesantren besar seperti Bata-Bata, Banyuanyar, Al-Amien dapat beradaptasi secara keilmuan dengan baik.54 Namun demikian, peneliti juga memperoleh data respon yang yang kurang baik. Respon ini diberikan oleh guru dan tata usaha terkait bertambahnya kenakalan remaja atau murid di lembaga ini, yang menurut mereka (orang tua/masyarakat) hal itu merupakan dampak dari kurang efektifnya proses belajar-mengajar di lembaga ini. Salah satu penyebabnya menurut sebgaian ustadz adalah kurangnya durasi waktu belajar. Kurangnya durasi waktu menimbulkan lemahnya pengawasan langsung oleh ustadz. Murid madrasah yang masih berada pada fase remaja awal, akan memanfaatkan longgrnya pengawasan untuk 51 Thoha, “Eksistensi Kitab Kuning Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (Studi Analisis Tentang Penggunaan Kitab Kuning Sebagai Referensi Kajian Keislaman Di STAIN Pamekasan Dan STAI Al-Khairat Pamekasan),” 60. 52 Rosyid, “Siswa Miftahul Ulum Sumnber Jati” Wawancara langsung 06 Juni 2021. 53 Moh. Hasyim, “Murid Kelas 5 MD Nahdliyatul Islamiyah” Wawancara langsung 06 Juni 2021. 54 Hasil rumusan wawancara dengan K Subki, kepala MD Nahdliyatul Islamiyah Blumbungan, wawancara 29 Mei 2021 Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman mengekpresikan gejolak jiwnya. Faktor ini pula yang sering menyebabkan timbulnya perilaku vabdalis.55 Pada intinya seluruh informan di madrasah diniyah merasa senang dengan revitalisasi kelembagan tersebut. Para ustadz mendukung penuh kebijakan pimpinan untuk tetap mempertahankan mutu dan menjaga kepercayaan masyarakat, demikian pula murid mengaku senang dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti musabaqoh (lomba) kitab-kitab dan pendalaman materi keagamaan yang digelar setiap akhir tahun. Para ustadz konsisten mendukung semua program madrasah, para ustadz merasakan adanya inbas kenakalan peserta didik dengan seakin banyaknya jumlah murid dari tahun ke tahun, murid-murid menyambut baik dengan program-program madrasah dengan alasan ingin menjadi orang soleh. Tantangan yang dihadapi kedua lembaga tersebut dalam merevitalisasi kelembagaannya, dan solusinya Di Madrasah Diniyah tantangan revitalisasi kelembagaan dapat dirumuskan sebagai berikut: Raw input (murid baru) memiliki bekal kemampuan awal yang sangat variatif, sehingga memerlukan pendekatan variatif juga; semangat dan minat sebagian siswa terhadap kajian keimuan agama rendah; lemahnya kontrol pengurus pondok, ini dibuktikan dengan data murid yang sering tidak masuk adalah unsur murid dari santri; jam belajar yang dilaksankan di siang hari menyebabkan tenaga ustadz dan murid sudah lemah karena sudah capek belajar sepanjang pagi; sumber daya ustadz sebagai pengajar merupkan alumni internal yang memerlukan peningkatan kompetensi di bidang pedagogik. Keragaman latar belakang peserta didik madrasah diniyah menjadi tantangan tersendiri pada pengelola. Pengelola madrasah diniyah harus mampu menyiapkan madrasah menjadi “rumah bersama” bagi seluruh murid dengan ragam kemampuan ilmu yang berbeda, latar social ekonomi, budaya dan karakterist yang berbeda pula. Di “rumah bersama” itulah peserta didik akan menempa diri menjadi pribad-pribadi sholeh, yang siap menapak kehidupan berlandaskan ajaran agama islam.56 Menurut pimpinan yayasan tantangan yang paling menonjol di madarasah diniyah tersebut adalah sumber daya manusianya. Rekrutmen ustadz yang di rekrut adalah alumni lembaga ini sendiri. Solusinya ustadz harus rela capek, mengikuti bimbingan dan terus belajar. Tidak boleh merasa sudah pintar. Kalau yang kebetulan salah satu ustadz juga menjadi guru di sekolah formal, metode mengajarnya juga bisa menerapkan metode 55 Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Mohammad Thoha, “Upaya Menekan PerilakuEnd Match Fandalisme Begin Match to source 3 in source list: Thoha, Mohammad. Siswa Di Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus Di Mts Negeri Kadur Pamekasan),” Nuansa 12, no. 2 (2015End Match), 390. 56 Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Zulfia Hanum AlfiEnd Match Syahr, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Membentuk Madrasah Diniyah Sebagai Alternatif Lembaga Pendidikan Elite Muslim Bagi Masyarakat,” Intizar 22, no. 2 (2016End Match), 48. Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan pembelajan modern. Yang penting kurikulum dan capaian pembelajarannya jangan diubah seperti karakteristik madrasah diniyah.57 Sejatinya sumber daya manusia merupakan instrument utama dalam pendidikan. Oleh karena itu, kompetensi yang dimilikinya dituntut untuk senantiasa ditingkatkan. Demikian pula SDM madrasah diniyah. Kemampuan tentang penguasan metode, penggunaan alat peraga dan sederet kompetensi paedogis lainnya tak kalah pentingnya dari kompetensi professional penguasaan materi. Demikian pula kompetensi kepribadiaan tentang bagaimana bisa menempatkan dirinya dalam berbagai kondisi, mengahdapi perbedaan pandangan dan pendapat, adalah sederet kompetensi kepribadian yang juga penting diperhatikan selain kompetensi social.58 Keberadaan ustadz madrasah diniyah menjadi contoh langsung dalm kehidupan masyarakat. Ia menjadi model kehidupan mereka. Kendala lain yang peneliti temukan adalah waktu belajar. Sebagian informan mengatakan bahwa jam belajar terasa berat sekali Karen dimulai pada jam 14-00 WIB, di mana sebagain besar murid baru pulang dari sekolah pagi (formal). Sebenarnya tantangan jam pelajaran ini juga dirasakan oleh dewan guru, meskipun mereka mengannggap ini adalah konsekuensi “perjuangan”. Selain itu dari pengamatan peneliti, tantangan lainnya adalah rendahnya honor mengajar dewan guru. Solusi tentang rendahnya honor bulanan ini, peneliti melihat ada kegiatan arisan dan simpanan hari raya yang dilaksanakan setiap malam Jum’at Manis bersama istighosah. Dalam acara tersebut kiai memberikan arahan-arahan dan motivasi untuk terus bersemangat mengabdi dengan memaknai pengorbanan ini sebagai “perjuangan fi sabilillah’. Peneliti melihat tidak satupun ustadz yang menyoal kecilnya honor mengajar, meskipun kiai menyinggung hal tersebut sebagi wujud pengorbanan. Para ustadz menyadari kekurangan dana madrasah. Sebaliknya mereka terlihat masih bersemangat. Arisan juga terlihat mengikuti dengan jumah relative besar. Demikian pula simpanan hari raya mereka menyimpan dengan harapan bisa melaksanakan hari raya dengan meriah.59 Kalau dicermati secara seksama, pelaksanaan pendidikan di madrasah diniyah dan pesantren, sebenarnya adalah perwujudan dari konsep belajara full days school.60 Bagi sebagaian daerah yang menerapkan kebijakan kebijakan ini untuk sekolah formal, memang akan memebrikan ancaman pada keberlangsungan madrasah diniyah. Namun sejatinya dua 57 K. Mohammad Toyyib, Sekretaris Yayasan Miftahul Ulum, Wawancara 22 Mei 2021 58 Mohammad Thoha, “Manajemen Peningkatan Mutu Ketenagaan Dan Sumber Daya Manusia (SDM) Di Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan,” MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 1 (June 7, 2017), 175, https://doi.org/10.14421/manageria.2017.21-09. 59 Observasi pelaksanaan istighosah, arisan dan simpanan hari raya di MD Miftahul Ulum tanggal 16 September 2021 di rumah ust Mohammad Taufiq 60 Dwi Istiyani, “Tantangan Dan Eksistensi Madrasah Diniyah Sebagai Entitas Kelembagaan Pendidikan Keagamaan Islam Di Indonesia,” Edukasia Islamika 02, no. 1 (2017), 137. Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman lembaga ini (madrasah diniyah dan sekolah formal) bisa dikelola secara “satu atap”. Misalnya, pembelajaran pendidikan karakter di sekolah formal bisa diintegrasikan pada pelaksanaan pembelajaran madrasah diniyah. Ini menjadi hal yang menarik, efektif dan efisien. Solusi ini akan lebih mudah jika kedua jenis lembaga tersebut berada dalam satu yayasan. Yang terpenting adalah penyamaan persepsi bahwa eksistensi madrasah diniyah masih sangat dibutuhkan dalam pembangunan sumber daya manusia. Sedangkan Solusi lain yang diambil oleh pengelola adalah sebagai berikut: melakukan kordinasi dengan pengasuh dan pengurus pondok tentang tambahan kegiatan jam belajar/musyawaroh untuk memeberikan pengayaan dan pendalaman materi bagi murid yang berasal dari santri; para ustadz melakukan arisan bulanan untuk mempererat kordinasi dan meneguhkan emosional; para ustadz juga melakukan simpanan hari raya untuk menambah kesejahteraan; meneguhkan komitmen dan soliditas tim; pimpinan madrasah memotivasi ustadz agar jangan capek ikut kursus dan terus belajar untuk menambah kompetensi yang dimiliki. Pembinaan kesejahteraan guru penting diperhatikan dengan berbagi cara. Kesejahteraan tidak saja diwujudkan dalam bentuk salary (gaji), akan tetapi bisa juga diwujudkan dengan pemberian fasilitas lainnya baik mater maupun non materi. Kesejahteraan non materi misalnya berupa apresiasi kinerja, pengakuan prestasi, hubungan emosional yang baik, pendampingan terahadap problem sosial, dan afirmasi pada masalah yang dihadapi karyawan.61 Hal semacam ini lazim terjadi di pesantren dan lembaga madrasah diniyah, misalnya kiai akan ikut memfasilitasi ustadz dalam urusan pernikahan, pembutan rumah, pengdaan kendaraan dan bahkan yang lebih private seperti pemberian nama pada anak, pengobatan penyakit yang diderita keluarga ustadz, dan sebagainya. Selain itu, peneliti menemukan beberapa tantangan revitalisasi yang dihadapi madrasah adalah: adanya peralihan kepemimpinan pusat yang menuntut pemimpin baru beradaptasi dan butuh waktu untuk menanamkan kepercayaan masyarakat; belum memadainya dukungan pendanaan dari pemerintah sehingga memerlukan trobosan baru dalam pembiayaan madrasah; perlu pendekatan khusus untuk menumbuhkan dan merawat kepedulian masyarakat di tengah masyarakat Blumbungan yang sebagian besar sudah masuk masyarakat pinggiran kota; perlu banyak waktu untuk tetap merawat kepercayaan masyarakat. Sejatinya, madrasah diniyah yang diakui pemerintah sebagai pendidikan nonformal yang menunjang keberhasilan pendidikan nasional, berhak memeperoleh sokongan dana 61 Thoha, “Manajemen Peningkatan Mutu Ketenagaan Dan Sumber Daya Manusia (SDM) Di Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan,” 177. Revitalisasi Kelembagaan Madrasah Diniyah di Pamekasan yang sama dengan pendidikan formal.62 Namun kenyataanya madrasah diniyah masih dipandang sebagai lembaga pendidikan yang lahir “átas kehendak masyarakat”, sehingga pemerintah seakan-akan “setengah hati” dalam menyokong pendanaannya. Dalam kondisi seperti ini maka madrasah diniyah dituntut harus mandiri dalam pendanaannya sebagai mana mereka independen dalam penyelenggaraan pendidikannya, Tantangan lain dalam membina madrasah diniyah adalah bagaimana cara menumbuhkan rasa peduli dan percaya masyarakat terhadap lembaga ini. Tantangan ini merupakan salah satu tantangan yang harus dilewati dengan penuh ketekunan serta kesabaran karena menumbuhkan rasa peduli dan percaya masyarakat terhadap lembaga ini termasuk hal yang tidak mudah. Selanjutnya tantangan berikutnya adalah mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap madrasah ini. Solusi memghadapi tantangan ini adalah dengan cara memperkuat silaturahmi antara elemen madrasah, antara guru dan murid, antara guru dan wali murid dan antara guru dan masyarakat setempat. Madrasah diniyah sama dengan pesantren. Kehidupan di dalamnya senantiasa seperti keluarga besar. Ustadz menjadi role model kehidupan pesantren. Keseharian untad akan menjadi kurikulum tersendiri (hidden curriculum) bagi seluruh murid Madrasah Diniyah. Murid yang berada pada usia imitasi sosial akan menirukan tingkah laku, keakraban anatar ustadz, kerja sama, solidaritas, pola tutur dan segala apa yang ia lihat dari gurunya. Ini membuat sistem pesanttren dan pembelajaran di Madrasah Diniyah senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat. Baik buruknya persepsi masyarakat terhadap suatu madrasah diniyah tergantung baik buruknya perilaku murid, yang itu mengadopsi dari perilaku ustadz di madrasah dan pesantren.63 Penutup Hasil penelitian ini menyadarkan kita bahwa keberadaan madrasah diniyah masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu tugas kita bersama, termasuk pemerintah dan pemegang kebijakan pendidikan untuk selalu mengawalnya, baik melalui dukungan kebijakan, pembiayaan, dan prasarana lainnya. Sumber daya manusia menjadi kendala utama dalam keberlangsungan pendidikan pengawal karakter ini. Oleh karena itu pembinaan dan peningkatan kesejahteraan SDM menjadi mutlak harus dilakukan. Terakhir, penelitian ini menjadi pintu masuk bagi peneliti selanjutnya dalam kajian kelembagaan madrasah diniyah. Oleh karena itu kekosongan kajian dalam bidang ini menjadi tantangan bersama. 62 Dwi Istiyani, “Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446Tantangan Dan Eksistensi Madrasah Diniyah Sebagai Entitas Kelembagaan Pendidikan Keagamaan Islam Di Indonesia,” Edukasia IslamikaEnd Match, June 3, Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/54462017End Match, 138, Begin Match to source 2 in source list: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/5446https://doi.org/10.28918/jei.v2i1.1665End Match. 63 Thoha, “ORIENTASI SANTRI DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN PESANTREN DI PAMEKASAN,” 57. Mohammad Thoha, R. Taufikurrahman DAFTAR PUSTAKA Alia, Nur. “Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan Minimal Di Kabupaten Bogor.” Jurnal Penamas 29, no. 3 (2016). Bogdan, Robert. Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach to the Social Sciences. New York: New York John Wiley and Sons, 1975. Djahid, Moch. “PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH DI PONOROGO.” Muaddib : Studi Kependidikan dan Keislaman 6, no. 1 (July 2, 2016): 21–41. Hermawan, Iwan. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif Dan Mixed Methode. Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019. Istiyani, Dwi. “Tantangan Dan Eksistensi Madrasah Diniyah Sebagai Entitas Kelembagaan Pendidikan Keagamaan Islam Di Indonesia.” Edukasia Islamika 02, no. 1 (2017): 127–45. https://doi.org/10.28918/jei.v2i1.1665. Kusyairy, Umi dan Culo, Sulkipli. “Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Pemberian Reward And Punishment.” Jurnal Pendidikan Fisika 06, no. 2 (2018). Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Nawawi, Hadari. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005. Nizah, Nuriyatun. “DINAMIKA MADRASAH DINIYAH: SUATU TINJAUAN HISTORIS.” Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 11, no. 1 (2016). https://doi.org/10.21043/edukasia.v11i1.810. Saifuddin, Ahmad. “Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan Pendidikan.” Jurnal Pendidikan Agama Islam 03, no. 1 (2015). Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1992. Shofiyah. “Generasi Milineal, Entrepreneurship Dan Globalisasi Ekonomi.” Al-Musthofa: Journal of Sharia Economics 02, no. 1 (2019). Sudjana dan Ibrahim. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009. Syahr, Zulfia Hanum Alfi. “Membentuk Madrasah Diniyah Sebagai Alternatif Lembaga Pendidikan Elite Muslim Bagi Masyarakat.” Intizar 22, no. 2 (2016). Thoha, Mohammad. “Manajemen Peningkatan Mutu Ketenagaan Dan Sumber Daya Manusia (SDM) Di Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan.” MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 1 (June 7, 2017): 169–82. https://doi.org/10.14421/manageria.2017.21-09. ______. “Eksistensi Kitab Kuning Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (Studi Analisis Tentang Penggunaan Kitab Kuning Sebagai Referensi Kajian Keislaman Di STAIN Pamekasan Dan STAI Al-Khairat Pamekasan).” NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam 16, no. 1 (July 31, 2019): 55–64. https://doi.org/10.19105/nuansa.v16i1.2391. ———. “ORIENTASI SANTRI DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN PESANTREN DI PAMEKASAN.” NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam 10, no. 1 (January 5, 2013). https://doi.org/10.19105/nuansa.v10i1.162. ———. “Upaya Menekan Perilaku Fandalisme Siswa Di Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus Di Mts Negeri Kadur Pamekasan).” Nuansa 12, no. 2 (2015). Thoha, Mohammad, and Ika Nurul Jannah. “PUBLIC RELATION DAN PEMBANGUNAN CITRA AGAMIS (Studi Implementasi Manajemen Hubungan Masyarakat Sebagai Upaya Membangun Citra Religius di SMPN 1 Pamekasan).” re-JIEM (Research Journal of Islamic Education Management) 1, no. 2 (2018): 35–43. https://doi.org/10.19105/rjiem.v1i2.2090. Toyyib, K. Mohammad. “Sekretaris Yayasan Miftahul Ulum Sumber Jati Pamekasan.” 2021. Wekke, Ismail Suardi. “Ismail Suardi Wekke, Tradisi Pesantren Dalam Konstruksi Kurikulum Bahasa Arab Di Lembaga Pendidikan Minoritas Muslim Papua Barat.” KARSA 22, no. 1 (2014). Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 68 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 70 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 72 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 74 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 76 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 78 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 80 Begin Match to source 1 in source list: Submitted to Universitas Negeri Surabaya The State University of Surabaya on 2022-07-05Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022End Match 82 Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 19 No. 1 January – June 2022 67 69 71 73 75 77 79 81