Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. MANAJEMEN PEMBINAAN KEDISIPLINAN SANTRI DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KEAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN NURUS SHIBYAN AMBAT TLANAKAN PAMEKASAN Rofiatun dan Mohammad Thoha Prodi MPI Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Email : rofi_atun@gmail.com dan thohasumberjati@gmail.com Abstrak Disiplin diartikan sebagai latihan penting dan watak dengan maksud supaya segala hal perbuatan selalu menaati tata tertib, ketaatan dan peraturan tata tertib. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenisnya diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Manajemen pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan adalah berjalan efektif sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku, adapun pembinaan kesiplinan kegiatan keagamaan setiap santri harus mengikuti kegiatan ritunnitas keagamaan, salat berjamaah, musyawarah kitab, dan dari setiap santri mempunyai ustaz pendamping, serta diatur dengan kurikulum pesantren, (2) Faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan, adalah faktor pendukungnya berkaitan dengan potensi santri, kesiapan guru/ustaz untuk terus berjuang, dan semangat keagamaan untuk berjuang disisi Allah sedangkan faktor penghambatnya sebagian santri yang nakal, kemalasan anak untuk mengikuti kegiatan di pondok, sarana/fasiltas yang sebagian kurang memadai, dan kurangnya dana. Kata Kunci: Pembinaan, Kedisiplinan Santri, Kegiatan keagamaan Abstract Discipline is defined as an important exercise and character with the intention that all actions always obey the order, obedience, and rules of the order. This research uses a qualitative approach and the type is descriptive. The results of the study show that: (1) Management of disciplining students in participating in religious activities in the Islamic Boarding School of Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan is effective in accordance with applicable rules and regulations while fostering religious discipline activities for all students must participate in religious ritual activities, prayer in congregation, book deliberations, and from every student has a companion cleric, and regulated by the pesantren curriculum, (2) Supporting and inhibiting factors in fostering student discipline in participating in religious activities at Nurus Shibyan Islamic Boarding School Ambat Tlanakan Pamekasan, are supporting factors related to the potential of students, teacher / religious teacher readiness to keep fighting, and religious enthusiasm to fight by Allah while the inhibiting factors are some naughty students, laziness of children to participate in activities in the cottage, facilities which are partially inadequate, and lack of funds. Keywords: Coaching, Santri’s Discipline, Religious ActivitiesEnd MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. PENDAHULUAN Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam.1 Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam untuk mempelajari dan memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.2 Pesantren terdiri dari lima komponen yaitu; kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain, sekalipun kelima elemen tersebut saling menunjang keberadaan sebuah pesantren.3 Santri adalah orang yang sedang belajar agama Islam di pondok pesantren. Santri ada yang disebut santri mukim dan ada yang santri kalong.4 Terkait dengan kegiatan pesantren seperti salat berjamaah, mengaji, membaca kitab dan amalan-amalan yang dapat membentuk kepribadian anak menjadi baik, salah satunya disiplin dalam waktu. Dalam kegiatan keagamaan meliputi Salat tahajjud, salat lima waktu, mengaji Al-Qur’an dan tilawah, salat Duha, musyawarah bersama, mengaji kitab dan sebagainya. Usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam”.5 Program pesantren secara umum dapat di lihat dari program kepesantrenan terdiri atas: (1) seluruh santri wajib mengikuti kegiatan salat tahajud dan witir bersama, (2) salat subuh berjemaah di masjid (3) salat Duha berjemaah (4) pengajian kitab kuning (5) musyawarah, sebagai media dalam mengkaji membahas isi kandungan pada kitab-kitab kuning (6) salat Zuhur dan Asar berjemaah (7) salat Magrib berjemaah (8) Mengkaji Al- Qur’an .6 Sistem pendidikan pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam yang merupakan proses pembentukan individu yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang telah diwahyukan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW.7 Sistem pendidikan pesantren merupakan sistem pendidikan yang sangat menekankan arti penting kedisiplinan, pembinaan kedisiplinan santri untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap ketaatan dan rasa bertanggung jawab. Sehubungan dengan pembinaan kedisiplinan bahawa pembinaan adalah suatu proses, perbuatan, cara membina, yaitu mengupayakan agar lebih baik, lebih maju”.8 Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya. Disiplin diperlukan dimanapun, karena disiplin akan tercipta teratur dan 1 M. Dawam Rahardjo., Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), hlmEnd Match. 2 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. VII Muljono, Damopolii, Pesantren Modern IMMIM Mencetak Muslim Modern, (Jakarta :Rajawali PersEnd Match, 3 2011),Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. hlm. 57 Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholish Majid Terhadap Pendidikan Islam TradisionalEnd Match, 4 (Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 63 Abdul Choliq, Manajemen pesantren Madrasah dan Pembinaan Santri, ( Yogyakarta: Stainu PressEnd Match, 5 2011).Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. hlm.40 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanime Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka PelajarEnd Match, 6 2005), Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. hlm.32. In’ am Sulaiman, MasadepanPesantrenEksistensiPesantren di Tengah GelombangModenisasi (malang: Madani, 2010 ). hlm. 92-93 7 Solichin, Mohammad Muchlis. "MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM MODERAT DI PERGURUAN TINGGI ISLAM (Studi Atas Institute Agama Islam Negeri Madura)." re-JIEMEnd Match: 8 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Research Journal of Islamic Education Management 1, no. 2 (2019). 45. Abdul Choliq, Manajemen Madrasah danPembinaanSantri, ( Yogyakarta: STAINU, 2011). hlm.89End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. tertata. Disiplin diartikan sebagai latihan penting dan watak dengan maksud supaya segala hal perbuatan selalu menaati tata tertib, ketaatan dan peraturan tata tertib.9 Disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat dapat dilakukan dan diajarkan kepada anak di sekolah maupun di rumah dengan cara membuat semacam peraturan atau tertib yang wajib di patuhi oleh setiap anak. Apabila anak yang melanggar, harus menerima konsekuensi yang telah disepakati. Oleh karena itu, supaya peraturan dapat berjalan dengan baik, handaknya orang tua maupun pendidik menyolisiasikan terlebih dahulu kepada anak- anak.10 Kegiatan pendidikan yang meliputi suasana sekolah, guru atau ustaz dan siswa yang berpegang pada ukuran norma hidup, nilai-nilai moral, ajaran. Berfungsi dan bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia, baik dalam peningkatan pengetahuan umum, maupun peningkatan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dengan pembiasaan siswa untuk melakukan keagamaan yang penuh dengan kedisiplinan.11 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah- masalah yang menjadi objek kajian pada penelitian ini agar terarah dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun fokus masalah tersebut adalah: pertama, Bagaimana manajemen pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pameksan; kedua, Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan. Pondok pesantren dari kata pondok dan pesantren. Kata pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti asrama atau tempat menginap. Istilah pondok merujuk pada asrama-asrama para santri yang terbuat dari kayu dan bambu. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan pe dan an, menjadi pesantrian yang berarti tempat berdiam para santri, sehingga kata pondok dan pesantren mempunyai kemiripan pengertian. Santi berasal dari dari kata shastri yang berari ilmuwan Hindu yang pandai menulis, yang dalam pengertian sempit bermakna pelajar sekolah agama yang bermukim di suatu tempat yang di namakan pondok atau pesantren, dan dalam arti luas berarti identitas seorang sebagai bagian komonitas penduduk jawa yang mengamalkan ajaran Islam.12 Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbing seorang guru yang lebih di kenal sebagai sebutan “kiai”. Asrama untuk para santri berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana kiai bertempat tinggal juga kiai menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan.13 Masjid merupakan elemen yang tak dapat di pisahkan dari pesantren dan di anggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam ibadah ritual, seperti salat lima waktu, salat jumat, salat tahajud dan pengajaran kitab-kitab klasik.14 Kiai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Beliau sebagai pendiri pesantren, sudah sewajarnya pertumbuhan pesantren semata-mata bergantung pada 9 Denisutan Bahtiar, manajemen Waktu Islam (Jakarta:Amzah,2012),hlm. 120 10 Muhammad fadilillah dkk, Pendidikan Karakter Anak usia Dini, (Jokjakarta:Ar-ruzzEnd Match 11 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Media,2013).hlm.192End Match 12 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Eka, Prihatin, Manajemen Peserta Didik, ( Bandung : Alfabeta, 2011).hlm.89 Mohammad Muchlis Solichin, Keberlangsungan dan Perubahan Pendidukan Pesantren di Tengah ArusEnd Match 13 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Modernisasi Pendidikan (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 9End Match. 14 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi pesantren Studi Pandangan Hidup (Jakarta: LP3ES,2011), hlm.79 Fathul mujib, Pesantren dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (pameksan: Stainu pameksan Press, 2010).hlm.30End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. kemampuan pribadi kiainya.15 Pesantren terdiri dari lima elemen pokok yaitu kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab klasik.16 Dengan berbagai peran yang potensial dimainkan oleh pesantren di atas bahwa pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya, sekaligus menjadi rujukan moral (reference of morality) bagi kehidupan masyarakat yang umum.17 Dengan memperhatikan tujuan pendidikan pesantren tersebut aspek moral atau akhlak menjadi pondasi awal bagi setiap santri. Moral merupakan unsur yang sangat penting dalam Islam, kejujuran, kebenaran, keadilan dan pengabdian adalah di antara sifat- sifat yang di pentingkan dalam Islam. Dari moral inilah terbentuk akhlak dimana Nabi Muhammad Saw. Yang tercantum dalam hadist Nabi: Innama buitstu liutammiama makaarimal akhlaq (Sesungguhnya aku diutus ke muka bumi tidak lain hanya untuk menyempurnakan akhlak).18 Sedangkan pendidikan pesantren untuk menanamkan keimana dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan, kemampuan, pengetahuan dan ketarampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam dan menjadi muslim yang memiliki ketarampilan atau keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di masyarakat. Tujuan umum pesantren adalah mendidik dan meningkatkan ketakwaan dan keimanan seseorang sehingga dapat mencapai manusia insan kamil.19 Pembinaan adalah suatu usaha untuk membina anak didik ke langkah lebih baik dalam melaksanakan kedisiplinan dalam suatu kegiatan. Pembinaan santri adalah suatu proses, perbuatan, cara membina, yaitu mengupayakan lebih baik, lebih maju.20 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin diartikan dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib.21 Sedangkan Secara etomologi, kata disiplin berasal dari bahasa Latin, Yaitu disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan murid. Jadi, disiplin adalah perintah yang diberikan oleh orang tua kepada anak atau guru kepada murid. Perintah tersebut diberikan kepada anak atau murid agar ia melakukan apa yang diinginkan oleh orang tua dan guru. Kemudian dalam webster’s New Worrld Distionary mendefinisikan disiplin sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karaktrer dan keadaan secara tertib dan efisien.22 Jadi disiplin adalah sikap taat dan patuh terhadap peraturan tata tertib baik itu di lingkungan pesantren maupun masyarakat. Disiplin menunjukkan pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata-kata hatinya. Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.23 Dalam mendidik peserta didik perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang serta tidak boleh dilakukan. Disiplin perlu dibina pada diri 15End Match 16 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi pesantren Studi Pandangan Hidup ,86-93 Yasmadi, Moderesasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid terhdap pendidikan Tradisional, ( JakartaEnd Match: 17 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Ciputat Press 2002). hlm. 63 Sulthon Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hlm. 90. 18 Fatekhul Mujib, Pesantren dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Pamekasan: Stain PamekasanEnd Match 19 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Press, 2010), hlm.34-35End Match. 20 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Suryadahma Ali, Paradigma Alqur’an. (Malang :Uin-Maliki Pres, 2013),hlm.100-101End Match 21 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Abdul Choliq, Manajemen Madrasah dan Pembinaan Santri.hlm.89 Novan Ardy Wiyani, Manajeman Kelas: Teori Dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang kondusifEnd Match, 22 (Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.159End Match. 23 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013). hlm. 41 Eka, Pirhatin Manajemen Pembinaan Peserta Didik, ( Bandung : Alfabeta,2011).hlm.94End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. peserta didik agar mereka dengan mudah dapat: (a) meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam dalam dirinya, (b) mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi kewajibannya dan secara langsung mengerti larangan- larangan yang harus ditinggalkan, (c) mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan perilku yang buruk, (d) belajar dan mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya peringatan dari orang lain.24 Dalam membina kedisiplinan pada peserta didik atau santri, guru atau ustaz memiliki peran untuk mengarahkan apa yang baik menjadi teladan, sabar, dan penuh pengertian. Guru atau ustaz mampu menumbuhkan pesera didik, terutama disiplin diri. Untuk kepentigan tersebut guru atau ustaz mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya, (b) Membantu peserta didik meningkatan standar perilakunya, (c) Menggunakan pelaksanaan tata tertib sebagai media untuk menegakkan disiplin.25 Manajemen pendidikan pesantren merupakan kawah candradimuka pencetak generasi penerus sesuai dengan pencetak tersebut. Proses pencetakan tersebut tidak akan berhasil apabila tidak ada dukungan dari para stakeholders di pesantren baik dari pengasuh ataupun dari orang-orang yang mempunyai peran penting dalam pendidikan pesantren, dengan adanya peran dari stakeholders, tersebut dapat mengembangkan kecerdasan spritual Quotient. Yang dimaksud dengan penerapan spritual Quotient dalam manajemen pendidikan pesantren adalah menerapkan kecerdasan spritual dalam komunitas sekolah agar seluruh civitas akademik dalam melakukan aktivitasnya baik beribadah, bekerja, belajar, dan lain sebagainya memiliki makna.26 Pendidikan pesantren adalah dunia yang mewariskan dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang di kembangkan oleh ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam.27 Pendidikan pesantren merupakan pusat pendidikan Islam, dakwah dan pengabdian masyarakat tertua di Indonesia. Lembaga pendidikan pesantren merupakan pendidikan yang telah lama keberadaannya sehingga mampu memeberikan suatu kontribusi terhadap perkebangan bangsa ini oleh karenanya keberadaan pendidikan sangatlah dibutuhkan di negeri ini. Pendidikan pesantren yang pertama dikenal dengan pendidikan tradisional, kini telah mengadakan sebuah terobosan baru dengan mengandalkan sebuah pendidikan formal yang berlandaskan pada kurikulum nasional, sehingga dengan terobosan baru ini pesantren dapat memberikan warna dengan munculnya cendikiawan-cendikiawan Islam yang dapat memberi pemikiran-pemikiran tentang pendidikan kedepan. Motivasi belajar santri sangat ditentukan oleh kualitas pengemasan pelajaran dan metodologi yang digunakan oleh pengajar (ustaz/guru, sebagai pengajar, ustaz/guru berfungsi sebagai komunikator, sumber dan penyedia informasi yang ada di pendidikan pesantren untuk pencapaian motivasi belajar santri ini maka ada langkah-langkah yang perlu ambil, agar motivasi santri terus terjaga.28 Dapat dipahami bahwa tingkat daya serap santri pendidikan pesantren ialah tingkat pemahaman santri dalam memahami materi keagamaan. Santri yang mempunyai tingkat 24 Novan Ardy Wiyani, Manajeman Kelas: Teori Dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang kondusifEnd Match, 25 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. hlm.162End Match 26 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Ibid. hlm. 161 Abd Wahab Kpemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011End Match), 27 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. hlm 202End Match. 28 Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Nurcholish Madjid, , Bilik-Bilik Pesantren,(Jakarta : Paramadina, 2000), hlm.1 Depag, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Departemen Agama Islam, 2003), hlm,42End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. daya serap yang baik akan menunjukkan sikap, yaitu: 1) bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, mempunyai perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar; 2) berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut dan 3) terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.29 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenisnya diskriptif karena data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut kemungkinan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, catatan atau memo.30 Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif karena bertujuan untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Selain itu dengan pendekatan ini diharapkan peneliti akan lebih dekat pada subjek penelitian yang akan diteliti serta lebih peka dan akan lebih berinteraksi dalam penyesuaian diri. Penelitian ini berusaha mengkaji secara mendalam tentang Manajemen Pembinaan Kedisipinan Santri Dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan dimana peneliti hanya jadi pengamat. Peneliti merupakan outsider dari kelompok yang sedang diteliti, menyaksikan dan membuat catatan lapangan dari kejauhan. Wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara tidak terstruktur hal ini bertujuan agar peneliti dapat mananyakan lebih mendalam tentang penelitian yang dilakukan. Dokumen tasi digunakan untuk memperkuat data-data dari proses wawancara dan dokumentasi. Dalam hal ini peneliti akan lebih spesifik melakukan pengamatan terhadap Manajemen Pembinaan Kedisipinan Santri dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu, data primer dan skunder. Data primer peneliti peroleh dari Pimpinan pesantren merupakan pimpinan dan pemegang semua keputusan atas apa yang direncanakan. Guru atau ustaz dan santri. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Manajemen pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan Keberadaan tujuan dalam dalam Pondok Pesantren merupakan sefisikasi dari adanya visi, sehingga ada kejelasan wujud dari adanya visi tersebut, adapun tujuan dari penyelengaraan pendidikan di Pondok Pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan weltanschauung yang bersifat menyeluruh, selain itu produk Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan Dusun Semaleng ini diharapkan memiliki kemampuan tinggi dan tuntunan-tuntunan hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada. Jadi keberadaan visi dari pondok pesantren merupakan tujuan utama secara umum dengan adanya Pondok Pesantren yang targetnya adalah mencetak kader-kader santri pondok pesantren yang Islam, berilmu, dan berwawasan luas, yang dapat 29 Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam (Bandung : Remaja Rosda karya, , 2003), hlm, 138 30 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2014), hlm. 11End Match. Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. menyelenggarakan ritual keagamaan sebagai wahana pendidikan spritual dan berhubungan dengan sikap akhlakul karimah seperti yang telah diteladankan oleh Rosulullah saw dan salafuna al salih. Hal inilah yang dapat membedakan pondok pesantren dengan pendidikan lainnya. Adanya Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan dengan visi dan misi yang jelas maka perlu adanya pengkajian yang diantaranya (1) keimanan dan ketaqwaan kepala Allah SWT (2) pengembangan keilmuan yang bermanfaat (3) pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara. Visi dan misi yang ada merupakan langkah utama terhadap pembinaan dalam mewujudkan sumber daya santri bagi Santri pondok pesantren, sehingga santri tersebut dapat terbina dengan baik. Dengan visi dan misi tersebut perlu di tunjang dengan program dan pendidikan formal. Adapun upaya pondok pesantren dalam meningkatkan sumber daya santri di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan dilaksanakan dengan intensif, Sehingga santri tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat yang lain (selalu berlaku positif). Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren berbagai cara (Multi Pola) baik kegiatan pendidikan formal, pendidikan informal serta kegiatan pelatihan penguasaan skill (Keahlian). 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan Dalam mewujudkan sebuah cita-cita yang tulus perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan, upaya tersebut berkaitan adanya sebuah kendala yang di temui untuk menjalakannya. Tapi kendala yang ada akan terselesaikan bila sebuah kepemimpinan dalam pesantren mempunyai visioner, ada beberapa langkah untuk meperjelas visioner dalam menyelesaikan kendala diantaranya: (a) memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi, (b) memotivasi untuk bertindak dengan arah yang benar, (c) membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu dari orang yang berbeda- beda.31 Dan juga dalam menyelasaikan kendala perlu adanya pendekatan-pendekatan secara personal sehingga permasalahan atau kendala yang berasal dari Santri Pondok Pesantren asuhan dapat terselesaikan. Pendekatan penyelesaian pada Santri yang nakal di Pondok Pesantren perlu adanya motivasi-motivasi untuk memperbaikinya. Adapun motivasi tersebut berhubungan dengan: a. Motivasi yang tergantung pada keadaan organik, individu yang bersangkutan, atau dengan perkataan lain, motif yang terarah kepada pemusatan kebutuhan organik. b. Motivasi darurat, yang muncul kerena keadaan lingkungan yang mendorong individu tersebut mengambil tindakan darurat yang diperlukan. c. Motivasi obyektif, yang diarahkan untuk dapat berhubungan dengan hal-hal atau orang-orang yang ada dalam lingkungannya. Kedua jenis motif yang di sebutkan terakhir ini bergantung pada hubungan individu tersebut dengan lingkungan.32 Pemberian motivasi terhadap Santri yang bermasalah termasuk salah satu cara membina prilaku keagamaan terhadap Santri Pondok Pesantren Pencapaian pembinaan prilaku keagamaan terhadap Santri perlu adanya sebuah strategi yang perlu direncanakan agar sumber daya yang ada pada diri Santri di Pondok Pesantren Nurus 31 Abdul Mu'in, Kepemimpinan, (Pamekasan, Pengkajian dan Pengembangan Ilmiah, 2010), hlm., 79 32 Mukarromah, Belajar dan Pembelajaran, (Malang, UIM, 2002), hlm., 41End Match) Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan dapat tersalurkan dan terakses dengan baik, adanya bimbingan serta memberikan suatu pembinaan yang intensif pada Santri, maka Santri tersebut akan berkembang sesuai dengan apa yang kita inginkan. Penanganan terhadap hal tersebut yang menjadi kendala dalam pencapaian pembinaan prilaku keagamaan Santri Pondok Pesantren melalui bimbingan belajar seperti psikologis yang tidak efektif dan kondusif, di Pondok Pesantren manapun pasti menemui kendala-kendala, namun kendala yang ada perlu adanya penangan yang serius sehingga kendala atau penghambat yang ada akan menjadi sebuah motivasi tersendiri pada Pondok Pesantren yang ada. Di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan Dusun Seamaleng kendala yang ada, behubungan faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan disini adalah sebagai berikut: sebagian Santri ada yang nakal, keengganan Santri untuk mengikuti kegiatan di pondok pesantren, sarana/fasilitas yang sebagian kurang mamadai, dan kurangnya dana. Sedangkan faktor penunjang dari pembinaan prilaku keagamaan Santri Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan Dusun Semaleng berhubungan dengan potensi Santri, kesiapan guru/ustaz untuk terus berjuang, dan semangat keagamaan untuk berjuang disisi Allah. Manajemen kelembagaan merupakan sebuah kebijakan berbasis nilai-nilai pesantren yang diambil oleh kepala sekolah sebagai arah bergeraknya suatu organisasi, oleh karenanya kepala sekolah dalam mengambil kebijakan perlu adanya sebuah pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan kondisi kelembagaan seperti: (a) memiliki tujuan jelas, (b) tiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut, (c) adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindak dan kesatuan pikiran, (d) adanya kesatuan perintah, (e) adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota, (f) adanya pembangian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan keahlian, dan bakat masing-masing sehingga dapat menimbulkan kerja sama yang harmonis dan kooperatif, (g) pola organisasi hendaknya relatif permanen, (h) adanya jaminan keamanan kerja, (i) adanya gaji dan insentif yang setimpal, (j) garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki kerjanya jelas tergambar dalam struktur organisasi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam mengoptimalkan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegaiataan keagamaan, yaitu melakukan dengan pembagian kerja (Job Discription). Pengawasan dan pembimbingan secara optimal, koordinasi dengan para pengurus, dan juga menjalin hubungan yang jelas dengan para wali santri, dan transparansi keuangan kelembagaan pesantren. Dengan demikian setiap penyelesaian kasus yang ada harus sepengetahuan semua elemen yang ada. KESIMPULAN Dari uraian penjelasan pada hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Manajemen pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan adalah berjalan efektif sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku, adapun pembinaan kedisiplinan kegiatan keagamaan setiap santri harus mengikuti kegiatan ritunitas keagamaan, salat berjamaahEnd Match, Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. musyawarah kitab, dan dari setiap santri mempunyai ustaz pendamping, serta diatur dengan kurikulum pesantren. Faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan, adalah faktor pendukungnya berkaitan dengan potensi santri, kesiapan guru/ustaz untuk terus berjuang, dan semangat keagamaan untuk berjuang disisi Allah sedangkan faktor penghambatnya sebagian santri yang nakal, keengganan santri untuk mengikuti kegiatan di pondok, sarana/fasiltas yang sebagian kurang memadai,dan kurangnya dana. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait atas hasil penelitian ini. Adapun saran-saran tersebut yaitu sebagai berikut: Bagi Pengasuh/guru diharapkan mampu mengembangkan pembinaan kesiplinan santri dalam mengikuti kegiatan keagamaan dengan baik karena kemampuan tersebut merupakan ciri dari kompetensi pondok pesantren, sehingga pondok pesantren Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan menjadi sebuah tolak ukur bagi pondok pesantren lainnya. Bagi Santri, diharapkan lebih rajin dalam belajar, karena belajar merupakan sebuah kewajiban untuk mengembangkan potensi, baik di masa sekarang ataupun dimasa-masa yang datang, dan prilaku keagamaan merupakan pegangan terpenting dalam kehidupan. Bagi pengurus Sebaiknya mengadakan peningkatan terhadap program-program pondok pesantren agar pelaksanaan pondok ini dapat berjalan dengan baik dan dapat di kembangkan sebagai pondok yang dapat di jadikan percontohan bagi pondok pesantren yang ada khususnya yang ada di pedesaan Bagi Masyarakat selayaknya mempertahankan dan juga ikut andil dalam membantu pondok pesantren, sehingga santri-santri yang ada dalam pondok dapat diperhatikan sebagaimana mendapatkan pendidikan yang layakEnd Match. DAFTAR PUSTAKA Achmadi. Ideologi Pendidikan, Islam Paradigma Humanime Teosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Ali, Suryadahma. Paradigma Alqur’an. Malang : Uin-Maliki Press, 2013. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatupendekatan Praktis. Jakarta : PT RI nekacipta 2013. Bahtiar, Deni Sutan. Manajemen Waktu Islam. Jakarta: Amzah,2012. Choliq, Abbdul. Manajemen Pesantren, Madrasah dan Pembinaan Santri. Yogyakarta: Stainu Press, 2011. Damopoli, Muljono. Pesantren Modern IMMIM Mencetak Muslim Modern. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Departemen Agama RI. Al-Qur’an danTerjemahannya. Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992. Depag. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Departemen Agama Islam, 2003. Fadilillah, Muhammad, dkk. Pendidikan Karakter Anak usia Dini. Yokyakarta: Ar-ruzz Media,2013 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017. Mufidah. Gender di Pesantren Salaf. Malang : UIN Maliki Press, 2010. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung : Remaja Rosda karya, 2003. Mujib, Fathul. Pesantren dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pameksan: Stainu Pameksan Press, 2010. Mu'in, Abdul. Kepemimpinan. Pamekasan: Pengkajian dan Pengembangan Ilmiah, 2010. Mukarromah. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UIM, 2002. Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung : Alfabeta, 2011. Rahardjo, M. Dawan. Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah. Jakarta: P3M, 1985. Sugiyono. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011. Solichin, Muhammad Muchlis. Keberlangsungan dan Perubahan Pendidukan Pesantren di Tengah Arus Modernisasi Pendidikan. Surabaya: Pena Salsabila, 2013. ________________________. "MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM MODERAT DI PERGURUAN TINGGI ISLAM (Studi Atas Institute Agama Islam Negeri Madura)." re-JIEM: Research Journal of Islamic Education Management 1, no. 2, 2019. Sulaiman, In’am. Masa Depan Pesantren Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang Modenisasi. Malang: Madani, 2010. Sulthon, Masyhud, dkk. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2003. Ulwan, Abdul Nasih. Pendidikan Anak Dalam Islam. Solo :InsanKamil, 2012. Wahab, Abd. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011. Wiyani, Novan Ardy. Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. _________________. Manajeman Kelas: Teori Dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Yasmadi. Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholish Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Begin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 278 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 279 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 280 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 281 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 282 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 283 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 284 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End MatchBegin Match to source 1 in source list: Rofiatun, Rofiatun, Thoha, Mohammad. p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 285 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937End Match p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 286 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937 p-ISSN 2654-7295 e-ISSN 2655-5700 287 re-JIEM / Vol. 2 No.2 Dec. 2019 DOI 10.19105/re-jiem.v2i2.2937