Handayani, Sri and Wahyuningrum, Sri Rizqi and Alhumaydi, Mohammad Ali and Afifullah, Afifullah (2021) Survei Indeks Kesalehan Sosial Masyarakat Sumenep Tahun 2021. Karaton; Jurnal Pembangunan Sumenep, 1 (1). pp. 205-212. ISSN 2828-9498
Text
205-212.pdf Download (196kB) |
Abstract
Pesan universal setiap agama memiliki kesamaan pada aspek kebaikan terhadap sesama. Kesamaan spirit kebaikan sosial, terutama keberpihakan kepada kaum lemah, miskin, rentan dan serba kekurangan seringkali menjadi topik utama di setiap agama. Dalam hal memahami hal nilai tersebut seorang pemeluk dituntut peduli, santun pada orang lain, suka menolong, memiliki ketertarikan pada masalah umat, serta memperhatikan dan menghargai hak sesama, mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, kemudian berempati dalam keseharian. Enam agama yang berkembang di Indonesia dan memiliki pemeluk yang cukup besar memiliki ajaran kesalehan sosial yang beririsan satu dengan yang lain. Jika dalam Islam memiliki istilah saleh sosial sebagai ejawantah dari ibadah muta’addiyah yang menekankan pada manfaat bagi orang lain, kemudian pada istilah Kristen dikenal dengan istilah Social Piety sebagai bentuk dari Godlines (Jalan Tuhan). Sedangkan di dalam ajaran Katolik juga dikenal Bonum Commune mengenalkan prinsip subsidiaritas, saling membantu. Di dalam agama Hindu dikenal istilah Strada dan Bakti yang menekankan pada kebaikan pada hal di luar dirinya, baik itu manusia maupun alam sekitar, seperti yang diajarkan juga dalam Tri Hita Karana. Agama Buddha juga mengenalkan Sad Paramitha (enam perbuatan luhur), aspek kesalehan sosial dipahami pada Dana Paramitha (kedermawanan), Sila Paramitha (tidak mengutamakan diri sendiri), Viriya Paramitha (Keuletan dan Pengabdian, kemudian berikutnya adalah Prajna Paramitha (kebijaksanaan). Kesalehan sosial dalam agama Konghucu mengacu pada ajaran Kebajikan, yang dipahami melalui hubungan Manusia dengan Alam (Di), manusia dengan manusia (Ren). Mengidentifikasi kesalehan sosial bukan hal mudah, pengamalan keagamaan umumnya bersifat individual, unik, dan sering bersifat manifest bahkan emosional serta sarat dengan subjektifitas pelakunya, sehingga sepertinya sulit dikuantifikasikan. Meski demikian bukan berarti hal itu tidak bisa diidentifikasi. Kesalehan sosial tetap bisa diidentifikasi dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu, pertama, pengamalan atau perilaku keagamaan adalah lahir dari sikap keagamaan, sementara sikap keagamaan lahir dari pemahaman seseorang atas nilai-nilai yang difahami (kognitif), dirasakan (afektif), dan dilakukan (konatif). Kedua, prilaku seseorang termasuk dalam hal pengamalan kesalehan sosial adalah didasari atas kebiasaan hidup sehingga membentuk pola prilaku atau kecenderungan sikap, hal inilah yang kemudian termanifest dan bisa dikuantifikasi.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | A General Works > AC Collections. Series. Collected works A General Works > AI Indexes (General) A General Works > AS Academies and learned societies (General) H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare |
Depositing User: | Administrator Khazanah |
Date Deposited: | 12 Apr 2023 03:47 |
Last Modified: | 12 Apr 2023 03:47 |
URI: | http://repository.iainmadura.ac.id/id/eprint/786 |
Actions (login required)
View Item |